Monthly Archives: January 2012

Cerita Otak dan Konsumen Bijak

Video

Dokumenter ini emang udah lama, tapi bukan berarti isu yang dibawa jadi basi. No. Setidaknya, di Indonesia, hal ini masih terjadi. Well, kalo lagi ada waktu, dan belum pernah nonton, coba ditonton deh..

Kemarin, saat lagi nonton sebuah acara petualangan anak2, saya liat iklan Mc donald yang baru (atau mungkin udah lama, hehe, gaktau juga saya jarang nonton tivi) yang awalnya, ada seorang anak kecil lagi bercerita, dibuka dengan kata2 “Ada sebuah tempat…” yang intinya adalah menceritakan soal Mc D sebagai “world heaven” for family and friends.

Well, persis kan kaya video ini. Anak2 adalah kunci untuk meningkatkan penjualan suatu produk, produk apapun, bukan Cuma restoran dan mainan anak. Tapi semua produk.

Iklan-iklan yang ‘disuarakan’ oleh anak2 ini, memudahkan anak kecil yang nonton jadi cepat mengidentifikasikan dirinya terhadap produk itu, kemudian memaksa orangtua untuk membelikan, ya kan? Dan ini bukan Cuma buat anak di kategori kids-diatas 5 tahun. Justru udah ada di kepala, sejak infant-balita. Karena justru dimasa 5 tahun pertama dalam hidup seseorang itu kan, otak sedang berkembang. Golden age. Dan coba itung, berapa jumlah balita Indonesia yang sepanjang hari dibiarkan duduk di depan tivi, entah bersama orangtuanya atau yang lebih parah, tanpa pengawasan orangtua. Karena tivi adalah, hiburan keluarga?! Heheheuu…

Banyak orangtua yang menganggap si balita ini toh belom ngerti apa yang disampaikan di tivi itu, jadi diet televisi Cuma dilakukan saat kosakata bocahnya sudah banyak.

Padahal ya, saya baca di buku ‘raising your child’ nya Dr Oz, tiga tahun pertama dalam kehidupan manusia itu lah yang paling harus dijaga. Eniwei, buku ini recommended banget, karena mata kuliah faal di kedokteran, dijelaskan dengan cara ringkas, mudah dan menyenangkan. Ehem, jadi ceritanya, menurut buku setebal 492 halaman itu,,,

“Di dalam rahim, otak membangun 250 ribu sel saraf per menit untuk menghasilkan sekitar 100 miliar sel saraf saat bayi dilahirkan. Jumlah itu SANGAT banyak untuk kemampuan belajar yang luar biasa. Sayangnya, si otak ini, gak sanggup membuang-buang energi untuk mempelajari semua hal. Iyalah, walopun otak Cuma 2 persen dari berat tubuh, tapi benda ini menggunakan 20-25 persen oksigen dan pasokan energi tubuh.

Oke, kembali ke sel saraf. Maka, untuk bekerja secara efisien, si otak ini perlu beradaptasi- mempelajari hal baru dan melupakan hal lama. Nah nah, selama perkambangan awal (masa hamil dan masa bayi) tugas otak itu tumbuh layaknya sebuah hutan dan mendapatkan sebanyak mungkin pohon. Membuatnya rimbun, subur dan kaya dengan pepohonan saraf yang kuat. Bahkan ya, pada jangka waktu tertentu (rata-rata 40 pekan), sebagian besar sel saraf yang nantinya akan berfungsi seumur hidup sudah menempati lokasi yang tepat. Padahal otak bayi Cuma seperempat ukuran otak orang dewasa.

Maksudnya, sebagian besar sambungan sinapsis terbentuk selama tahun pertama kehidupan, yakni periode ketika  otak membesar dengan cepat sehingga mendekati ukuran otak orang dewasa dan jumlah sinapsis yang terbentuk hampir dua kali lebih banyak dibandingkan pada orang dewasa. Menariknya, hubungan sinapsis terbentuk dengan keteraturan tertentu.

Pertama, sinapsis SENSORI PRIMER, yang membuat bayi bisa merasakan dunia di sekitarnya. Kemudian diikuti dengan sinapsis YANG MENGENDALIKAN KETERAMPILAN GERAKAN KASAR, hingga seorang bayi bisa melepaskan diri dari setiap ancaman yang dirasakannya. Diikuti dengan keterampilan gerakan halus, sehingga ia bisa menulis apa saja yang baru dilakukannya. Sinapsis terakhir adalah sinapsis yang mengendalikan fungsi otak yang lebih tinggi seperti motivasi, penilaian, dan logika. Sehingga dia bisa belajar apakah perbuatannya benar atau salah. Ehem, kalo yang terakhir ini belum berfungsi sepenuhnya sampe akhir masa remaja atau bahkan sampe usia awal 20-an. Karena inilah kebanyakan ABG itu GALAU. Bhahaha..

Hmm, penjelasan soal pemangkasan agar otak menjadi efisien, dimulai pada usia satu tahun. Ketika itu bayi mulai mengenali lingkungan di sekitarnya. Maka, titik berat perkembangan otak BERALIH dari pertumbuhan, menjadi pemangkasan. Bayangin aja proses ini seperti proses pengelolaan hutan; untuk mendorong pertumbuhan pohon yang paling sehat dan kuat, tanaman kecil dan semak2 perlu dipangkas. Otak melakukannya dengan menghilangkan sambungan sinapsis yang berlebihan atau jarang digunakan.

Karena seorang bayi gak perlu tau caranya bergoyang patah-patah, maka sambungan soal itu bisa dipangkas. Sementara, jika si bayi mendengar bahasa spanyol dan Inggris di rumahnya maka sambungan untuk kemampuan berbahasa perlu diperkuat. Gampangnya; seorang anak akan memiliki jumlah sinapsis maksimal yang bisa dimilikinya seumur hidup saat mencapai usia 1 tahun!!! Gila kan? Lalu, di usia 3 tahun, jumlah itu berkurang setengahnya. INI DIA, alasan pentingnya seorang anak mendapatkan rangsangan yang tepat sejak lahir sampe usia 3 tahun sehingga ia bisa memangkas sel2 saraf dengan bijak.

Got what i mean? Jadi, proses memangkas sambungan saraf itu secara langsung terkait dengan lingkungan tempat anak2 berada. Ada pemangkasan hubungan yang tidak kita gunakan karena gak ada rangsangan tertentu dari lingkungan kita. Artinyaaa, jika seorang bayi jarag diajak ngomong atau jarang dibacain cerita, otaknya akan memutuskan bahwa dia gak butuh sel saraf bahasa. Begitu juga sebaliknya, kita akan memperkuat sambungan yang oleh otak kita dianggap penting karena kita melakukannya berulang-ulang!”

Jadi gimana ceritanya, kalo yang berulang2 diperhatikan oleh bayi, adalah iklan? Ehem..atau sinetron yang ditonton emaknya? Atau die hard yang ditonton bapaknya? Atau konser slipknot yang ditonton saya,,? *eh hehehe…

Di buku ini, dr OZ juga secara spesifik bilang: “Bila seorang bayi ditaruh di depan televisi seharian, hanya akan ada sedikit sambungan di otaknya, dan penelitian membuktikan bahwa anak-anak kehilangan sinapsis lebih cepat jika televisi terus menerus menyala”

Di buku buyOLOGY, favorit saya, juga ada penjelasan soal coca cola dan pepsi cola. Di AS, taun 1975, pernah dilakukan “Pepsi Challenge”. Yakni berupa uji sesap antara pepsi dan coca cola, dengan gelas tanpa merek. Rata2 orang yang ikut serta, lebih suka dengan minuman berkarbonasi yang rasanya lebih manis, which is: PEPSI. Tapi, kenyataannya, cocacola lebih memimpin pasar. Tes macam ini kemudian diulang lagi pada 2003, sama Universitas Baylor, Houston. Ada 67 subjek penelitian. Mereka semua satu suara, saat ditanya, yakni tidak suka pepsi. Tapi, saat dilakukan tantangan dengan gelas polos, ternyata mereka lebih suka rasa pepsi.

Kenapa? Karena sisi emosionalnya lebih kuat dalam mengambil keputusan, ketimbang sisi rasionalnya. Sisi emosional terhadap coca cola yang sangat kuat, salah satunya terbentuk berdasarkan kenangan masa kecilnya terhadap coca cola. Terbentuk dari iklan TV dan media cetak selama bertahun-tahun, menimbulkan perasaan emosional ke-coke-an yang enggak bisa ditawar2.

Jadi buat pelaku industri, ini merupakan salah satu cara marketing yang legal. Enggak bakalan ada larangan buat mencekoki iklan buat anak2. Karena sebenarnya hal ini kaya jualan palu. Well, palu bisa dipake buat nge getok orang sampe mati, tapi fungsi sebenarnya kan bukan itu. Artinya, gak bakalan ada larangan menjual palu, ya dong?

Kita, konsumen, yang harus lebih waspada, dan tentunya, harus lebih kritis.

Mungkin udah saatnya kita bikin tabel rencana, mau dibawa kemana arah batita kita berpikir. Saya, mulai rajin bercerita soal uang, dan angka. Siapa tau, ntar anak saya bisa jadi gubernur the fed. *eh

Well, ujungnya, semua ini sebenarnya adalah untuk Indonesia yang lebih kuat dan enggak terus2an ditindas. Dicekokin iklan dan siaran2 pLoduk2 dalam negeri, disuruh jadi konsumen loyal yang sibuk berbelanja dengan alasan emosional tok, biar ibu bapaknya bisa terus2an gesek kartu kredit, jadi bank nya terus untung, dan katanya PDB tinggi padahal Cuma dari sektor konsumsi masyarakat. Yang artinya Cuma disokong oleh segelintir orang kaya, sisanya? INI!

Semua itu terus menerus dilakukan, dari generasi ke generasi, tanpa pernah kita diajarin bagaimana caranya punya kemampuan untuk bersaing….

Cantik? Penting!

Gallery

Belajar Bersyukur (lagi)

Gallery

Pertempuran DKI 1, ikut milih gak?

Gallery

Sekadar Bagian dari Sejarah…

Image

We all grow up with the weight of history on us.  Our ancestors dwell in the attics of our brains as they do in the spiraling chains of knowledge hidden in every cell of our bodies.  ~Shirley Abbott

So sweet ya? hehehe…

selesai scan 11 album masa kecil, yang dimulai pada 1984 dan BERAKHIR pada 1994, lagu ini pas banget.

Lagunya Ipank, judulnya Sekali lagi. *tariknafasdalam*

Kalau saja aku masih punya, Kesempatan yang sama

Atau semua yang pernah terjadi, Bisa terulang lagi


Tapi ternyata kesempatan yang ada, Hanya sekali…


Sampai kini masih ku tunggu, Datangnya keajaiban


Yang mungkin saja bisa memberiku, Waktu satu kali lagi


Seandainya masih bisa kudapatkan, Sekali lagi, satu kali lagi

Masih tertunda dan belum semua ku katakan
Biar ku tunggu sampai kau kembali lagi di sini

Harus kau dengar semua yang harus kau dengarkan
Isi hatiku yang belum ku sampaikan

Ternyata tak semudah itu keinginan bisa terjadi….

Hehehe, so i  decided to gave up my hope. Let it be just a history, a sweet memories, something that has been taken from me. Gone, just like that. *hembuskannafaspanjang*

“Family is just accident…. They don’t mean to get on your nerves.  They don’t even mean to be your family, they just are.  ~Marsha Norman”

Benvenuti, Signora Pasta…

Gallery

Saat Listrik pun Harus Dibagi

Video

Dulu, saya pernah liputan acaranya pak Jusuf Kalla di suatu hotel di Jakarta. Acara seminar bisnis. Isinya sih standar-lah soal perkembangan bisnis dan prospek Indonesia kedepannya, tapi catch up line nya cakep banget:

“Kalangan businessman itu ganteng-ganteng ya, pada pake kemeja, dasi dan jas rapi. Pantes saja di gedung-gedung sentra bisnis, AC nya dingin. Kalo ndak dingin tentu pada kepanasan. Bagaimana kalau diganti bajunya pake batik? Selain bantu mempromosikan budaya sendiri, juga bisa membantu penghematan energi. Ya toh? Kan batik tipis, jadi AC tidak perlu terlalu dingin lagi…”

Gerrr…semua ketawa. Iya juga ya, kenapa hal-hal kecil macam itu tidak pernah kepikiran?

Saya jadi inget acara kawinan seorang temen di salah satu gedung  mewah beberapa waktu lalu. Acaranya ciamik banget, dan berlangsung selama 4 jam karena dia bikin dua sesi. Sesi pertama untuk keluarga dan temen2 orangtua, saat makin malem, dia bikin sesi untuk teman2nya. Dengan konsep yang lebih hip, dan anak muda banget. Makanannya enak, lampu2 gemerlap, band pengiring yang berganti2 macam konser, plus pendingin ruangan yang sakses bikin saya bersin-bersin melulu. Hehehe…maap tipikal masyarakat tropis, mak.

Disitu, saya ngobrol sama seorang kawan. Pembicaraan ngalor ngidul gak jelas yang berujung pada pembahasan omongan pak JK itu. kemudian si kawan saya bilang, “Ya juga ya, kan sampe sekarang masih Byar-Pet terus, alias pemadaman bergilir listrik. Jadi artinya kalo ada tempat2 macam gedung kawinan ini lagi berpesta pora dengan penggunaan listrik yang menggila, berarti ada wilayah yang lagi susah payah mati lampu dong ya? Padahal bayar listrik mahal bener tiap bulan…”

Trekdungjess…

Iya ya?! Jadi, kawinan temen saya yang megah meriah itu udah bikin orang2 di belahan Indonesia lain ngalamin mati lampu ber jam-jam gitu? Lah, kasian ya? Abis itu, saya jadi mikir rada panjang.

Berarti, kalo orang kota macam saya ini yang demennye ngemol, berarti saya turut berpatisipasi juga dalam pemadaman bergilir, gitu? Kan mol tetep buka dengan gagah dan ngabisin banyak energi listrik, kalo pengunjungnya masih banyak. Jam bukanya juga otomatis lebih lama, ya?! Atau mungkin kebiasaan-kebiasaan kecil tapi rutin dirumah, macam dispenser yang nyala terus, AC yang nonstop, lampu yang enggak pernah mati, semuanya ngabisin energi dan ujung2nya rakyat juga dong yang rugi?! Termasuk saya…

Mana bayar listriknya mahal pulak. Hmmppf..jadi malu. Apalagi, masih BANYAK banget wilayah di Indonesia yang belom dipasang listrik. Gak usah deh jauh2 ke kalimantan, sulawesi, nusa tenggara. Waktu itu saya main ke daerah Anyer aja, masih banyak yang belum dapet listrik.

Ya kasarnya mungkin jadi kaya video ini..

Hehehe…

Well, kalo Mumbai bisa, kenapa Jakarta gak bisa ya? Hmm..saya mau ah mulai.