T:Terkait baliho gede di dprd?
J: Orang baliho mau ada konferensi asean kok
T: Tapi kok, fotonya foto bapak?
B: Bodo amat, emang gw gubernurnya. Kalau lo jadi gubernurnya, gw pasang foto lo di sono.
T: Berarti ga masalah dong pak?
J: Ya iyalah,, emang yang punya ibukota siapa?
T: Kalau ada tudingan-tudingan kampanye gimana pak?
J: Bodo amat, siapa yang mau nanggapin. kalau gus dur bilang EGP, emang gw pikirin.
Hehee,,,
Itu adalah transkripan para wartawan istana, (18/4/2011) usai wawancara sama Gubernur DKI, Fauzi Bowo a.k.a FOKE di Istana Bogor. Transkripan mentah ini juga naik beritanya di beberapa media. Salah satunya ini. Sayang, waktu itu bukan giliran saya buat ikutan sidang kabinet di Bogor itu, jadi saya enggak bikin beritanya. Padahal sudah kebayang angle-nya. Hihihi…
Saya keingetan transkripan dahsyat yang bikin heboh itu, sehabis nonton ‘acara politik buat ABG’ Provocative Proactive di Metro tipi kemarin. Bahasannya adalah soal pemilihan kepala daerah, Gubernur DKI, yang bakalan digelar 11 Juli 2012 besok.
Bisa intip disini: Enjoy-Pilkade
Saya sendiri, nampaknya tahun ini tidak berpartisipasi dalam pemilihan yang cukup sengit itu. soalnya kita bertiga mau kabur ke Timbuktu. *eh hehe..enggak, kita kan sekarang warga Bekesong, ya gak milih lagi gubernur DKI lah. Cuma tetep aja, saya concern sama pemilihan akbar itu.Tentu saja karena sebagian besar waktu saya habiskan disana, orangtua, teman2 dan sodara2 saya juga kebanyakan yang tinggal di jakarta pulak.
Jadi, di acaranya @Pandji itu, hadirlah 4 orang bakal calon DKI1. Tantowi Yahya, Faisal Basri, Wanda Hamidah dan Nono Sampono. Semuanya kasih pemaparan singkat soal berbagai hal yang mau mereka lakukan dalam rangka memperbaiki Ibukota, yang tentu saja, sejuta kali lebih kejam daripada ibu tiri ini.
Saya sendiri sebenernya belum ngeh, ada berapa orang sih yang mencalonkan diri di pertempuran besar ini? Sayup2 katanya ada Jokowi, tapi dia bilang enggak. Lalu katanya ada besannya bang Ical, a.k.a bapaknya Nia Ramadhani. Trus ada orang demokrat, si Nachrowi. Entah deh. Tapi berhubung yang saya tonton Cuma ada empat calon, saya pengen cerita2 aja soal mereka.
Dari empat manusia itu, satu2nya yang saya enggak pernah tau adalah Nono.
Siapa sih dia, sebenernya? Hasil searching dan nemu http://nono-sampono.com saya baru tau, dia itu Letjen Marinir. Errr…pernah jadi komandan paspampres, pernah di SAR, dan juga jadi Komjen akademi TNI. Haha..ga keliatan sama sekali potongan tentaranya. Kalo Bang Faisal, saya lumayan sering ketemu di liputan desk ekonomi.
Cara bertutur mengenai ekonominya, emang sangat makro. Tapi saya banyak belajar dari bahan2 yang dia kasih, plus dari doorstop-an dia. Apalagi mengingat kebegoan saya di bidang ekonomi ini. Heheheu..buat jadi gubernur DKI, dia menggandeng Biem Benyamin, yang anaknya Benyamin Sueb. Pengumpulan KTP dukungannya lumayan bikin salut. Mbak Wanda juga saya pernah ketemu di balai kota DKI, karena kan selama ini dia anggota DPRD DKI. Saya juga pernah sekali doorstop dia, tapi saya lupa tentang apa. Karena berita pendek aja. Dia, cukup gaul dan ramah. Tapi rasanya buat jadi gubernur, enggak ya.
Hehe..nah nah, kalo TANTOWI YAHYA, si old country man ini, hahahaha. Dia pernah dateng ke republika, nyolong start, waktu saya masih duduk di bangku panas pro kontra. Ah, manusia ini, rasanya engga akan jauh beda sama Foke. Narsis.
Di Provocative Proactive, yang dibahas adalah persoalan umum Djakarta, yang melelahkan. Banjir, Macet, pembangunan mol disaat banyak sekolah ambruk, dan masalah ormas. Penyelesaian banjir, empat kandidat satu suara. Yakni harus ada penertiban bangunan diiatas saluran hijau, drainase, manajemen sungai dll.
Buat KEMACETAN, Nono, tidak bersuara untuk solusi. Sebab, dalam waktu sempit yang diberikan oleh si rapper, yang lagunya apaan saya juga gatau, J Flow itu, dia malah cerita soal transportasi publik secara berputar-putar. Ujungnya, jawaban anak TK, soal peningkatan kualitas manajemen dan peningkatan jumlah kendaraan umum. BLAH! Sementara Faisal bilang, Kereta Api merupakan solusi. Kalo rel ditambah lagi, KA mampu mengelilingi Jakarta, seperti roda besar. Jadi bisa memfasilitasi masyarakat yang tinggalnya di satelit, macam saya. Dia juga bertutur dengan runut, bahwa transportasi publik harus ditata ulang supaya jadi jari-jari dalam sebuah roda besar tadi. Sementara yang bergerak di tengah roda adalah Bus Transjakarta. Artinya, harus ada transportasi publik yang lebih kecil untuk sampai ke pemukiman. Kedepannya, menurut dia juga harus ada monorel. Ya semoga engga ngomong doang kaya yang udah-udah ya.
Di bab trnsportasi ini, bapak pesolek, tantowi. Eh sumpah kulitnya muluuuus banget kaya mulan jameela, udah pernah ketemu live nya Mulan belum? Sama mulusnya sama Tantowi. Eheheheh…*nyinyir. Eniwei, soal transportasi, dia juga enggak datang dengan solusi. Dia malah bilang,”Akar permasalahan transportasi ini adalah politik di kantor Pemda. Kalo bina marga diberikan anggaran, yang dibangun adalah tol. Padahal semakin banyak dia membangun jalan ya semakin banyak kendaraan”. Jadi, solusinya ngebersihin kantor pemda, pak? Terakhir, Wanda juga ga sempet berkata banyak soal ini. Tapi senada dengan yang lain, diia bilang transportasi publik yang lebih baik plus pembangunan MRT adalah yang plg urgent.
Soal Mol yang menjamur, sementara masih banyak sekolah yang tidak beratap, Cuma ada satu orang yang jawabannya, menurut saya out of the box. Ya Faisal. Angle nya cukup unik. Tapi, teteeep, tidak ada solusi yang ditawarkan. Dia bilang, “Tata manusianya dulu. Maunya apa, kegiatannya apa, budayanya apa. Tata ruang dan kota itu mengikuti maunya warga, bukan sebaliknya”.
Sementara yang lain, BASI. Seperti jawaban sebelumnya, Tantowi mengambil angle politik di Pemda. Dia bilang, ini adalah masalah yang timbul karena penyimpangan peraturan yang mencapai 70-80 peren. “Pemerintah pro investor dan bukan pro rakyat. Ini bukan masalah tata kota, tapi masalah penyimpangan. Salah siapa? Gubernur!” yeee…itu mah semua orang juga paham, rasanya itu beda poin ya. Jadi, strategi nya si bapak mulus ini adalah berbicara tanpa isi, tapi kalimat besarnya seolah dia berani menentang Gubernur. Jadi yang didengar orang Cuma semangat nyela-nya doang. Ini poin bagus buat dapetin massa, tapi sebenernya enggak menawarkan apa2. Ya gak?
Kalo Wanda bilang, hal ini terjadi karena kelemahan perencanaan dan penegakan hukum. Sebab masyarakat tidak pernah dilibatkan dalam pembangunan kota. Ini poinnya menarik juga sih, kalo menurut saya yang awam ini. Transparansi itu penting sih, cuy. Yang paling asik, jawabannya Nono: “Perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan” udah. Hehehehe…Orba banget deh.
Angle menarik keluar dari mulut Bang Faisal juga saat ngebahas soal Ormas yang kerap mengganggu ketentraman publik. Dia bilang, “Setiap WNI punya hak konstitusional utk berorganisasi selama tidak mengganggu. Jadi kalau terjadi rusuh2, itu berkaitan dengan lapangan kerja yang terbatas. Kalo penghidupan baik, ya kerusuhan akan mengecil”. Hal ini disepakati oleh Wanda. Dia bilang, “Kalo pemimpinnya pro rakyat, ormas gak akan rusuh. Karena lapangan kerja dan kesejahteraan terjamin”. Saya setuju sih, kalo kenyang kan mahluk hidup enggak ribet.
Hehe..sementara angle lain keluar dari mulut Nono. Menurut dia, yang terpenting itu penegakan hukum, apapun bentuknya harus DITINDAK. Jadi pendekatannya engga persuasif sama sekali. Dasar TNI! Hehehe.. Tantowi ternyata juga punya angle yang sama. Menurut dia hal itu terjadi karena UU yang tidak dilaksanakan, jadi wajib ada law enforcement, hukuman wajib ditegakkan. Meskipun ujungnya dia bilang, pendekatan humanis dulu baru penegakan hukum.
Demikian jawaban empat kandidat, di acara gaul itu. Kelar nonton saya manggut2. Bukan, bukan karena udah tau mau milih siapa kalo seandainya saya masih warga Jakarta, tapi karena bingung. Hahaha. Well, mungkin bingungnya saya bukan karena jawaban atau solusi yang ditawarkan oleh para kandidat. Karena sebenernya ada juga kan yang bagus. Tapi, rasanya, karena saya trauma. Pemilu, dalam bentuk apapun, selalu bikin saya takut. Takut salah pilih. Takut nyesel 5 taun. Takut dibohongin kandidat dengan janji2 palsu (kaya lagu dangdut). Takut kertas suara saya dicurangin panitia. Semoga enggak semua orang kaya saya, ya…. :))
Ya, siapapun gubernurnya nanti, semoga dia gak akan ngomong seenaknya kaya si Foke di opening tulisan ini. Siapapun gubernurnya nanti, semoga pikirannya bukan Cuma CARI DUIT dengan profesi barunya itu, tapi juga rela membiarkan APBD bukan buat kantongnya, tapi dikembalikan ke fungsi aslinya. Buat rakyat…
” Kalau lo jadi gubernurnya, gw pasang foto lo di sono.”
HAHAHAHA gw inget tuh kejadian doorstopnya.. dan betapa anak2 tivi kena semprot karena nggak dapet. Asli Foke emang sarap! *lempar piso cukur*
Pingback: Memilih? Ayo deh… « My -FreeTime- Writing Domain