Monthly Archives: June 2022

Menjadi manusia lewat Pendidikan berbasis koneksi

Image


Kalo diminta menggambarkan diri sendiri dalam 1 kata? Yasmina itu adalah: manusia.

Kalo disuruh ngecap diri dgn diagnosis ala2, keknya ya itu aja; MANUSIA.


Ciri-ciri ADHD ada di gua; kepala cepet bgt muter terus ga pernah berhenti dan lompat-lompat penuh ide gak keruan jelimet, badan gak bisa diem, tangan ga bisa diem, masalah sensori jelas nyata adanya, mulut gak bisa diem (kalo ga ngomong ya ngunyah), gue suka tantangan bahkan jarang takut dan gue susah tidur.

Tapi,
Gue bisa menyelesaikan hal-hal yang gue mulai dengan baik, gue runut dan bisa memetakan masalah dari ujung sampai pangkal. Gue bisa menjadwalkan diri sendiri dengan baik, disiplin, taat aturan (meski ngelawan aturan juga bisa kalo perlu). Yaaah maksudnya, gue cukup fleksibel sama berbagai perubahan.
Gue bisa ngomong depan orang banyak kalo diperlukan, meski sebetulnya ya gak suka. Gue suka rapi bersih dan keteraturan, gue gak suka dipegang dan dempet-dempetan, tapi gue suka megang orang bahkan meluk (asal gue yg mulai). Gue suka dengerin cerita orang dan bisa diem banget kalo di suasana baru.

Lalu ciri-ciri Highly Sensitive Person (HSP) juga ada di gue; gue gak tahan sama suara kencang dan lampu terang, gue bisa lihat, dengar dan merasakan sesuatu sangat dalam bahkan suara hati orang aja bisa kedengeran, gue suka sendirian dan bengong, gue gak tahan sama beberapa tekstur, gue gak suka small talk.

Tapi gue suka konser (keramaian yang gue gak perlu basa basi sama siapapun), gue suka keramaian kalo isinya circle yg gue nyaman, gue galak setengah mati, tapi gue mudah nangis kalo issuenya menyentuh sanubari. Gue lbh suka menyapa hewan dan tanaman ketimbang manusia, gue gak mudah tersinggung selama yang disinggung bukan karya.

Gue mudah sayang, tapi gak mudah percaya sama orang. Gue bisa memaafkan, tapi jarang (atau ga pernah?) ngasih kesempatan kedua.

Kalau secara MBTI, gue udah ngecek sampe 3 kali, hasilnya gak berubah: INTJ. Ini cocoklogi yang masih ngisi quiz kepribadian ya. Nah, kalau secara sensori tuh gue pernah belajar juga dari buku living sensationally; understanding your senses, kan setiap orang punya sensory patterns tuh.

Nah gue tuh lebih banyak ke seekers. Tau gak sih seekers? Seekers always want more, seekers can’t get enough; whatever seekers are interested in, they want more of it. Meskipun nih ya, at some point gue seringkali berubah menjadi si avoiders, yang leave the room when a crowd starts to gather, move away from people wearing cologne dan select solitary leisure activities. Ya si INTJ banget kan? Bayangkan, gue itu 87 persen introvert lho! Hahahhaa..

Apa dah itu diagnosisnya kalo bukan; manusia.

Yang jelas dari masa ke masa gue selalu berubah. Yasmina yg lo kenal waktu SD bukan yasmina yg sama waktu SMP. Begitu juga SMA, kuliah, kerja dan sekarang.

Tapi yang jelas gue nyaman sama diri gue sendiri dan hal yang paling gua suka di muka bumi ini adalah; BELAJAR.

Maka situasi dalam hidup gue jarang nyaman, karena tiap flow nya nyaman, gue pasti cari gara2. Mungkin karena gue sangat mudah bosan sama situasi stagnan, dan gue selalu penasaran.

Jadi yaudah, paling mudah menggambarkan gue dengan; MANUSIA. Karena gue gak terlalu percaya sama cocoklogi. Mengkotak2an diri dalam satu kelompok; zodiak, shio, MBTI, introvert/extrovert, sanguin/koleris/apalah. Ya gak fit in aja hanya dlm 1 cap.

I am all in between, karena gue manusia.

Dan anugrah paling hebat yang dikasih Allah untuk manusia adalah: OTAKNYA. Gila men, otak manusia tu punya jutaan fungsi lho dalam satu rangkaian yang saling sinergi. Tumbuh berkembang sesuai usia dan tahapan perkembangannya. Dari pembagian otak bagian bawah, dan otak bagian atas. Lalu otak kiri dan kanan. Sampai pembagian wilayah kekuasaan antara otak depan, tengah dan belakang.

Belum lagi neuron, sinaps, brain stem, cerebellum, wah gilaa sih otak kita itu miracle banget. With roughly 90 billion neurons creating immensely complex webs of connection, the brain not only controls the body, but also creates our ineffable sense of consciousness and identity.

Karena itu, gue juga jadi menyadari bahwa super power utama manusia: KEMAMPUAN ADAPTASI.
Sehebat-hebatnya hewan, kalo dia hewan gurun, ditaro di es ya mati. Vice versa. Lah manusia? Dimana aja bisa idup. Kan edan! Gue tuh pertama kali kenalan sama betapa mengagumkannya otak manusia itu dari kelas Positive psychology yang gue ikuti dan tentu saja dari miss Tia, si cerdas yang kalo ngobrol soal science sama gue gak ada ujungnya. Menyenangkan!

Sejak diperkenalkan pertama kali, gue langsung gak bisa berhenti belajar soal otak. Terlalu mengagumkan, gimana bisa berhenti, coba? Terlalu seru untuk dihentikan. Nah, karena belajar soal otak ini juga, gue akhirnya belajar soal cara-cara mengoptimalkan kemampuan otak dan diri kita sebagai manusia.

Dari mana? Tentu saja dari koneksi.

Attachment before achievement. Connection before correction

Manusia itu dimulai dari WHOLE CHILD, artinya each one of us is unique individual, shaped by many influences. Kalau mama dulu pernah berdecak kagum seraya mengatakan “Anak Cuma dua, tapi kaya bumi dan langit bedanya, padahal dulu di perut yang sama dan dibesarkan oleh orang yang sama..”
Ya kalau di agama kan diajarin bahwa kekuasaan Allah memang sebesar itu ya?! Bahkan setiap daun yang jatuh pun sudah merupakan ketentuan Allah, betul? Jadi memang enggak ada dua manusia yang sama persis. Makanya, enggak bisa diperlakukan sama persis.

Koneksi akan membantu kita memahami satu demi satu manusia, dan otomatis memperlakukannya sesuai dengan kebutuhan setiap orang tersebut. Karena empathy dan compassion kita sebagai manusia bisa tumbuh setelah terkoneksi.

Jadi apa sih koneksi itu? Kepercayaan dan rasa aman.

Artinya, sejak hamil, orang tua sudah memposisikan diri menjadi orang tua yang mengoptimalkan seluruh fungsi otaknya dengan baik. Tujuannya untuk mengaktifkan setiap bagian otak dalam rangka memberi rasa aman dan rasa percaya si anak ketika menjalani hari-harinya di dunia ini.

Pikiran kita terbentuk dari pengalaman-pengalaman yang kita alami. Nah, ketika kita terkoneksi dan merasa aman, otak kita akan berkembang dengan pola seperti itu. Jadi, memori kita akan memproses seluruh pengalaman dan respon penuh cinta dan kasih sayang yang diberikan oleh sosok yang mengasuh kita, dan menjadikan diri kita sebagai orang yang merespon dengan cara tersebut.

Maka, tanpa perlu cocoklogi, setiap manusia adalah whole child, pada awalnya. Kita punya elemen yang berbeda satu sama lain >> jika diasuh dengan koneksi, maka kita mampu beradaptasi dimanapun berada, apapun situasinya, bagaimana pun tantangannya.

WE’RE ALL IN BETWEEN! WE ARE HUMAN..

Apalagi gue orang Indonesia. Tau gak, Pancasila adalah warisan dari jenius Nusantara. Sesuai dengan karakteristik lingkungan alamnya, sebagai negeri lautan yang ditaburi pulau-pulau. Jenius Nusantara juga merefleksikan sifat lautan.

Sifat lautan adalah menyerap dan membersihkan, menyerap tanpa mengotori lingkungannya. Sifat lautan juga dalam keluasannya, mampu menampung segala keragaman jenis dan ukuran.

Mohammad Hatta melukiskan etos kelautan manusia Indonesia itu secara indah:
Laut yang melingkungi tempat kediamannya membentuk karakternya. Pecahan ombak yang berderai di tepi pantainya, dengan irama yang tetap, besar pengaruhnya atas timbulnya perasaan yang menjadi semangat bangsa. Penduduk yang menetap di daerah pantai saban hari mengalami pengaruh alam yang tak berhingga, yang hanya dibatasi oleh kaki langit yang makin dikejar makin jauh.

Bangsa-bangsa asing yang sering singgah di Indonesia dalam melakukan perniagaan dari negeri ke negeri, mendidik nenek moyang kami ini dalam pelbagai rupa, memberi petunjuk tentang barang-barang yang berharga dan tentang jalannya perniagaan. Last but not least, pertemuan-pertemuan yang tetap dengan bangsa-bangsa asing itu, orang Hindi, orang Arab, orang Tionghoa dan banyak lainnya, mengasah budi-pekertinya dan menjadikan bangsa kami jadi tuan rumah yang ramah.

Pada bangsa pelaut ini, keinginan untuk menempuh laut besar membakar jiwa senantiasa. Dengan perahunya yang ramping, dilayarinya lautan besar dengan tidak mengenal gentar, ditempuhnya rantau yang jauh dengan tiada mengingat takut (Hatta, 1960)

Iya, FLEKSIBEL. Iya, RESILIENS. Iya, INTERDEPENDEN. Iya, KREATIF. Iya, MAMPU BERKOLABORASI.

Makanya gue gak percaya sama teori kecocok2an itu. Manusia itu kalo kepepet makin jago. Manusia itu bisa terus berubah, dan bisa terus belajar, karena otak kita yang paling besar wilayahnya adalah si otak yang fungsinya untuk belajar.

Makanya hal yang paling menyebalkan adalah mendengar orang bilang “gak bisa” Cuma sebagai pembenaran karena dia “GAK MAU”..


Membangun pusat Pendidikan yang “melahirkan” manusia

Karena gue aneh, karena gue all in between, dan gak fit in di satu golongan doang, maka gue Menyusun kurikulum yang gue sesuaikan untuk semua jenis manusia. Yang menjadikan anak-anak itu manusia seutuhnya, alias bisa beradaptasi dimanapun.


Gue gak mau mengkotakkan pendidikan anak ke dalam 1 golongan aja, atau satu aliran Pendidikan saja. Anak lulusan ROOTS harus terkoneksi. Seperti apapun situasi mereka kelak, mereka bisa masuk dimana aja. Karena situasi hidup orang tua gak selalu ideal, maka anak berhak mendapatkan Pendidikan dasar yang memberikan kemampuan awal seorang manusia untuk beradaptasi.


Kemanapun nantinya mereka akan tinggal, bersekolah dan bergaul, anak-anak ini punya kemampuan untuk percaya dan merasa aman. Iya, terkoneksi…


**
Jadi sejauh ini, sebagai manusia aneh yang gak masuk di cap manapun, gue cuma yakin sama 2 hal. Gue percaya sama agama gue dan seluruh ajarannya, gue percaya bahwa gue orang Indonesia dan gue mencintai nilai dasar kebudayaan negara ini.


Sisanya gue fleksibel, kemana juga ayok, ngapain juga boleh, masuk golongan mana aja okelah. Neurodiversity, atypical, semua itu gue. Apa gue gak normal? Terserah deh.


Apa definisi normal, by the way?

Berkarier? Kami bertumbuh Bersama di….. ROOTS LEARNING CENTER

Image

Waktu awal mendirikan TAMAN MAIN, kami berbagi peran berlima dan anggota tim lainnya hanya para caregivers. Semakin lama berjalan dan semakin besar kami tumbuh, hingga berganti nama menjadi ROOTS LEARNING CENTER, maka ekspansi mulai dilakukan.

Tumbuhlah PARENTING IS EASY. ROOTSY. HEALTHY ROOTS. Mulai banyak deh anggota tim kami. Jadi meski kami yang awalnya memulai berlima, berubah jadi bertiga, tapi geng-nya makin semarak. Maka ada AKAR FAMILY untuk memayungi semua unit.

Sekarang totalnya anggota tim kami di daycare, sekolah, dapur healthy roots dan di kantor sudah 30-an orang. Iya, jadi rame. Meski belum rame-rame amat, karena pandemi membuat anggota tim di daycare berkurang.

Dan bagi saya, Roots, sesuai Namanya; merupakan akar; tempat bertumbuh dan belajar. Tempat kita-baik anak maupun sesama orang dewasa- semua saling sayang dan saling jaga, bukan sekadar tempat bekerja.

Kurikulum connection-based 5 akar capaian tumbuh kembang tidak hanya digunakan di kelas maupun di daycare, namun juga di kehidupan kami sehari-hari.

Iya, connection before correction itu bukan hanya sesuatu yang bisa dilakukan di keluarga antara anak dan orang tua, tetapi juga di dunia kerja kok. Budaya kami di kantor tidak sibuk mencari siapa yang salah, atau buang badan dan melepaskan tanggung jawab, kami juga tidak sibuk saling sikut untuk posisi maupun gaji yang lebih baik.

Kalau ada yang kinerjanya menurun, kami akan sibuk berembuk dan berdiskusi; ada apa ya? Apa yang bisa kami bantu? Lalu kami akan bagi tugas untuk saling mengerjakan pekerjaan tersebut Bersama. Saya percaya, berorientasilah pada solusi, dengan itu kita enggak akan menyerah dan bilang “Enggak bisa” sebelum babak belur mencoba.

Anak-anak muda

Iya, anggota tim saya kebanyakan berasal dari generasi Z, kelahiran diatas 1996. Meski ada juga yang kelahiran 1994, 1992. Tapi ya, masih muda kalo dibandingkan saya dan dhani yang 80an ini, hahaha..

Saya pernah ada di usia mereka, pernah tersesat, sendirian, kesepian, hingga akhirnya dibantu Allah menemukan jalan keluar. Saya pernah merasa enggak tau harus mulai dari mana dan bagaimana caranya. Saya pernah ada di titik terendah dan merasa sangat enggak percaya diri, merasa enggak akan bisa menggapai cita-cita.

Saya tau semua rasa yang galau gak enak dan gak nyaman itu, sehingga saya sekarang kalo ngeliat mereka bawaannya sayang. Prinsipnya memang kekeluargaan banget, jadi mereka yang memilih untuk keluar dan berjalan tanpa kami pun biasanya tetap dekat dan masih sering ketemuan bareng.

Saya sadar, bekerja di suatu tempat itu seperti naik angkot, kita tau persis rutenya kemana dan kita tau persis kita mau kemana. Nah, kalo sejalan sama tujuan ya duduk disitu. Kalo udh beda, ya turun lah, cari angkot lain atau naik ojek, atau cari jalan lain supaya bisa sampe ke tujuan. Hal yang paling masalah adalah Ketika ada yang gak tau mau kemana, jadi rasanya pasti enggak seneng karena bingung. Akan jadi masalah untuk kedua belah pihak.

Kalau ternyata bisa di pas-pasin ya gak apa, kalau enggak, ya segera turun! Karena ada orang lain yang punya tujuan tersebut, bisa masuk. Gapapa kalau awalnya masih enggak tau mau kemana pas naik, tapi harus buru-buru memutuskan; tempat ini tepat atau gak? Ngapain kerja tapi salah mulu?

Namun prinsip kekeluargaan itu, saya harap, bisa membuat semua yang bekerja disini tidak merasa sendiri. Itu aja, jadi yang masih bingung sama tujuannya bisa menemukan tujuan hidupnya disini. Bersama gue atau enggak, terserah. Semoga ujungnya kebaikan.

Rumah kita bersama

Buat saya, pencapaian itu bukan hanya mengenai pencapaian perusahaan. Namun juga pencapaian diri sendiri. Makanya, instead of bawel soal KPI, saya lebih sering nanya; “Lo udah belajar apa aja disini? Apa yang bisa gua fasilitasin untuk membantu lo belajar lebih banyak?” hal ini penting untuk membuat setiap orang merasa sama-sama memiliki dan punya inisiatif.

ROOTS adalah rumah kita Bersama, bukan rumah saya aja. Awalnya buat saya sangat berat kehilangan anggota tim, tapi lama kelamaan saya sadar, ya gak apa-apa juga. Mungkin udah abis waktunya, mungkin udah saatnya saya nemenin yang lain lagi, mungkin fungsi saya di dunia ini buat nemenin lebih banyak orang gak itu2 aja.

Saya sadar betul, ini tim kecil, orangnya itu2 aja dengan kerjaan yang banyak dan variatif, karena harus bertahan apalagi di masa pandemi yang berat banget kemarin ini. Jadi mungkin rasanya memang berat, dan makanya saya gapapa kok kalau akhirnya ada yang memilih hal lain. Saya merasa bahwa setiap orang harus tau bahwa Ketika dia masuk ke ROOTS, dia tau ini tempat yang pas. Sementara Ketika dia keluar, ya karena dia juga tau ini udah gak pas lagi.

Jangan sampe ada orang yang udah enggak happy disini, tapi masih ada disini. Biasanya pilihannya antara dia enggak berani keluar atau dia gak sadar kalau dia sudah mulai gak happy. Bukan apa-apa, saya berkoar2 soal koneksi dan mindfulness sih, yuk kita sama-sama mindful. Tau apa yang dirasakan dan dibutuhkan diri sendiri itu penting. Lagian, kalo udah gak happy, dia akan jadi office zombie, dan percayalah…itu nular.

Tapi keluarga ya keluarga, kalau di kerjaan kita gak sejalan yaudah gak jalan bareng sambil kerja. Gitu aja. Sementara di luar kerjaan, ya semua adalah keluarga. Kek apapun kamu. Siapapun kamu. Ya kamu akan diterima dgn tangan terbuka. Diledekin, dicengin, disayang, didengar, diterima apa adanya bukan dicaci maki lalu di cap buruk. Saya beneran sayang sama semuanya.

Cari duit

Ya base-nya AKAR FAMILY adalah bisnis, cari uang. Lah gimana mau menyampaikan visi misi Pendidikan kalau enggak ada pemasukan? Tentu kita harus jualan! Orang harus ngerti brand kita apa, dan apa yang kita kerjakan.

Mungkin orang-orang mengasosiasikan kita sebagai usaha yang aneh, karena selalu memulai sesuatu yang aneh dan enggak bisa dipahami. Tapi enggak apa-apa kok, yang penting kami tau apa yang kami kerjakan, why, what dan how. Bisnis ya bisnis, harus ada pemasukan. Maka ya semangatnya harus tinggi.

Bisnis itu cepat, maka butuh growth mindset dari mereka yang mau terus belajar. Apa aja dan dimana aja, belajar mah gak ada batasnya. Maka saya siap kok untuk ngajak ngobrol satu persatu, semua orang yang ada di AKAR. Cerita apapun saya mau dengar dan berusaha selalu memperjuangkan apa yang penting.

Sebab, ini adalah bisnis yang saya bangun berlandaskan value. Bukan buka retail indomaret yang emang KPI nya Cuma; LAKU. Saya sadar betul, membangun bisnis based on value itu pekerjaan berat, maka kita gak bisa sendirian. Maka saya ajak teman-teman tim untuk mengingat bahwa semua adalah mitra. Kita butuh semua bareng-bareng, menuju visi misi yang sama.

Saya gak percaya sama one man show, kita geraknya bareng dan sinergis karena tujuannya jelas.

Perjuangan

Saya selalu ingatkan ke anggota tim bahwa apapun yang kita lakukan semua bentuknya perjuangan. Yang paling nyata, ya berjuang untuk anak-keluarga. Mereka tau kok, kita berjuang buat mereka. Kemanapun kita kerja ya akan ada perjuangan dan pengorbanan. Rela gak?

AKAR ya gini, saya enggak pernah nahan siapa-siapa meski saya selalu hancur lebur Ketika kehilangan. Di AKAR ya begini aja adanya, saya, kamu, bisa jadi diri sendiri dan tetap diterima. Hal itu saya janji. Kadang kita berantem, kadang miskom, kadang rugi, kadang untung, dicela orang, stress, gak nyaman, kadang kesel-keselan, tapi sering juga kita ngakak bareng, merasa hangat Bersama-sama, cela-celaan.

Karena prinsip yang diterapkan adalah KONEKSI dan buat apa sih kita menguatkan koneksi? Supaya jadi manusia, betul?

Apa sih keunggulan manusia? OTAKNYA. Kita dikasih 3 otak sekaligus sama Allah, maka kemampuan kita yang gak dimiliki mahluk lainnya; ADAPTASI. Saya sering sih bilang; hewan gurun gak akan bisa hidup di es, vice versa. Manusia? Bisa.

Nah yang Namanya manusia ya bisa dan boleh merasakan emosinya, bisa dan boleh campur baur gak keruan, bisa dan boleh jadi dirinya sendiri. Karena dari situ kita belajar banyak. Growth mindset artinya siap belajar terus, dan situasi Ketika sedang belajar adalah TIDAK NYAMAN, karena tantangan kan artinya melakukan sesuatu di luar zona nyaman.

Tapi kalau gak gitu, kita gak akan tumbuh sampe ke titik resiliens, gak akan belajar meregulasi emosi, gak akan punya tujuan dan tekad yang sekuat baja untuk mengejarnya. Padahal itu kuncian hidup manusia yang bisa dilakukan setiap orang karena kita sudah dikasih bekal otak dan kemampuan adaptasi yang luar biasa itu.

Jadi ya mudah-mudahan yang masih jadi anggota tim selalu siap diajak marathon, karena cita-cita nya besar dan panjang. Semoga semua yang berjalan bergandengan Bersama kami siap untuk tumbuh bareng, karena cita-citanya adalah untuk masa depan anak-anak Indonesia yang lebih baik. Toh, aku dan kamu kita semua pernah jadi anak-anak. Mari Kembali ke masa itu, dan ingat baik-baik, hal apa yang paling kita ingin dan butuhkan?

Iya, saya yakin; koneksi. Yuk saya siap digandeng dan membersamai!