Berkarier? Kami bertumbuh Bersama di….. ROOTS LEARNING CENTER

Image

Waktu awal mendirikan TAMAN MAIN, kami berbagi peran berlima dan anggota tim lainnya hanya para caregivers. Semakin lama berjalan dan semakin besar kami tumbuh, hingga berganti nama menjadi ROOTS LEARNING CENTER, maka ekspansi mulai dilakukan.

Tumbuhlah PARENTING IS EASY. ROOTSY. HEALTHY ROOTS. Mulai banyak deh anggota tim kami. Jadi meski kami yang awalnya memulai berlima, berubah jadi bertiga, tapi geng-nya makin semarak. Maka ada AKAR FAMILY untuk memayungi semua unit.

Sekarang totalnya anggota tim kami di daycare, sekolah, dapur healthy roots dan di kantor sudah 30-an orang. Iya, jadi rame. Meski belum rame-rame amat, karena pandemi membuat anggota tim di daycare berkurang.

Dan bagi saya, Roots, sesuai Namanya; merupakan akar; tempat bertumbuh dan belajar. Tempat kita-baik anak maupun sesama orang dewasa- semua saling sayang dan saling jaga, bukan sekadar tempat bekerja.

Kurikulum connection-based 5 akar capaian tumbuh kembang tidak hanya digunakan di kelas maupun di daycare, namun juga di kehidupan kami sehari-hari.

Iya, connection before correction itu bukan hanya sesuatu yang bisa dilakukan di keluarga antara anak dan orang tua, tetapi juga di dunia kerja kok. Budaya kami di kantor tidak sibuk mencari siapa yang salah, atau buang badan dan melepaskan tanggung jawab, kami juga tidak sibuk saling sikut untuk posisi maupun gaji yang lebih baik.

Kalau ada yang kinerjanya menurun, kami akan sibuk berembuk dan berdiskusi; ada apa ya? Apa yang bisa kami bantu? Lalu kami akan bagi tugas untuk saling mengerjakan pekerjaan tersebut Bersama. Saya percaya, berorientasilah pada solusi, dengan itu kita enggak akan menyerah dan bilang “Enggak bisa” sebelum babak belur mencoba.

Anak-anak muda

Iya, anggota tim saya kebanyakan berasal dari generasi Z, kelahiran diatas 1996. Meski ada juga yang kelahiran 1994, 1992. Tapi ya, masih muda kalo dibandingkan saya dan dhani yang 80an ini, hahaha..

Saya pernah ada di usia mereka, pernah tersesat, sendirian, kesepian, hingga akhirnya dibantu Allah menemukan jalan keluar. Saya pernah merasa enggak tau harus mulai dari mana dan bagaimana caranya. Saya pernah ada di titik terendah dan merasa sangat enggak percaya diri, merasa enggak akan bisa menggapai cita-cita.

Saya tau semua rasa yang galau gak enak dan gak nyaman itu, sehingga saya sekarang kalo ngeliat mereka bawaannya sayang. Prinsipnya memang kekeluargaan banget, jadi mereka yang memilih untuk keluar dan berjalan tanpa kami pun biasanya tetap dekat dan masih sering ketemuan bareng.

Saya sadar, bekerja di suatu tempat itu seperti naik angkot, kita tau persis rutenya kemana dan kita tau persis kita mau kemana. Nah, kalo sejalan sama tujuan ya duduk disitu. Kalo udh beda, ya turun lah, cari angkot lain atau naik ojek, atau cari jalan lain supaya bisa sampe ke tujuan. Hal yang paling masalah adalah Ketika ada yang gak tau mau kemana, jadi rasanya pasti enggak seneng karena bingung. Akan jadi masalah untuk kedua belah pihak.

Kalau ternyata bisa di pas-pasin ya gak apa, kalau enggak, ya segera turun! Karena ada orang lain yang punya tujuan tersebut, bisa masuk. Gapapa kalau awalnya masih enggak tau mau kemana pas naik, tapi harus buru-buru memutuskan; tempat ini tepat atau gak? Ngapain kerja tapi salah mulu?

Namun prinsip kekeluargaan itu, saya harap, bisa membuat semua yang bekerja disini tidak merasa sendiri. Itu aja, jadi yang masih bingung sama tujuannya bisa menemukan tujuan hidupnya disini. Bersama gue atau enggak, terserah. Semoga ujungnya kebaikan.

Rumah kita bersama

Buat saya, pencapaian itu bukan hanya mengenai pencapaian perusahaan. Namun juga pencapaian diri sendiri. Makanya, instead of bawel soal KPI, saya lebih sering nanya; “Lo udah belajar apa aja disini? Apa yang bisa gua fasilitasin untuk membantu lo belajar lebih banyak?” hal ini penting untuk membuat setiap orang merasa sama-sama memiliki dan punya inisiatif.

ROOTS adalah rumah kita Bersama, bukan rumah saya aja. Awalnya buat saya sangat berat kehilangan anggota tim, tapi lama kelamaan saya sadar, ya gak apa-apa juga. Mungkin udah abis waktunya, mungkin udah saatnya saya nemenin yang lain lagi, mungkin fungsi saya di dunia ini buat nemenin lebih banyak orang gak itu2 aja.

Saya sadar betul, ini tim kecil, orangnya itu2 aja dengan kerjaan yang banyak dan variatif, karena harus bertahan apalagi di masa pandemi yang berat banget kemarin ini. Jadi mungkin rasanya memang berat, dan makanya saya gapapa kok kalau akhirnya ada yang memilih hal lain. Saya merasa bahwa setiap orang harus tau bahwa Ketika dia masuk ke ROOTS, dia tau ini tempat yang pas. Sementara Ketika dia keluar, ya karena dia juga tau ini udah gak pas lagi.

Jangan sampe ada orang yang udah enggak happy disini, tapi masih ada disini. Biasanya pilihannya antara dia enggak berani keluar atau dia gak sadar kalau dia sudah mulai gak happy. Bukan apa-apa, saya berkoar2 soal koneksi dan mindfulness sih, yuk kita sama-sama mindful. Tau apa yang dirasakan dan dibutuhkan diri sendiri itu penting. Lagian, kalo udah gak happy, dia akan jadi office zombie, dan percayalah…itu nular.

Tapi keluarga ya keluarga, kalau di kerjaan kita gak sejalan yaudah gak jalan bareng sambil kerja. Gitu aja. Sementara di luar kerjaan, ya semua adalah keluarga. Kek apapun kamu. Siapapun kamu. Ya kamu akan diterima dgn tangan terbuka. Diledekin, dicengin, disayang, didengar, diterima apa adanya bukan dicaci maki lalu di cap buruk. Saya beneran sayang sama semuanya.

Cari duit

Ya base-nya AKAR FAMILY adalah bisnis, cari uang. Lah gimana mau menyampaikan visi misi Pendidikan kalau enggak ada pemasukan? Tentu kita harus jualan! Orang harus ngerti brand kita apa, dan apa yang kita kerjakan.

Mungkin orang-orang mengasosiasikan kita sebagai usaha yang aneh, karena selalu memulai sesuatu yang aneh dan enggak bisa dipahami. Tapi enggak apa-apa kok, yang penting kami tau apa yang kami kerjakan, why, what dan how. Bisnis ya bisnis, harus ada pemasukan. Maka ya semangatnya harus tinggi.

Bisnis itu cepat, maka butuh growth mindset dari mereka yang mau terus belajar. Apa aja dan dimana aja, belajar mah gak ada batasnya. Maka saya siap kok untuk ngajak ngobrol satu persatu, semua orang yang ada di AKAR. Cerita apapun saya mau dengar dan berusaha selalu memperjuangkan apa yang penting.

Sebab, ini adalah bisnis yang saya bangun berlandaskan value. Bukan buka retail indomaret yang emang KPI nya Cuma; LAKU. Saya sadar betul, membangun bisnis based on value itu pekerjaan berat, maka kita gak bisa sendirian. Maka saya ajak teman-teman tim untuk mengingat bahwa semua adalah mitra. Kita butuh semua bareng-bareng, menuju visi misi yang sama.

Saya gak percaya sama one man show, kita geraknya bareng dan sinergis karena tujuannya jelas.

Perjuangan

Saya selalu ingatkan ke anggota tim bahwa apapun yang kita lakukan semua bentuknya perjuangan. Yang paling nyata, ya berjuang untuk anak-keluarga. Mereka tau kok, kita berjuang buat mereka. Kemanapun kita kerja ya akan ada perjuangan dan pengorbanan. Rela gak?

AKAR ya gini, saya enggak pernah nahan siapa-siapa meski saya selalu hancur lebur Ketika kehilangan. Di AKAR ya begini aja adanya, saya, kamu, bisa jadi diri sendiri dan tetap diterima. Hal itu saya janji. Kadang kita berantem, kadang miskom, kadang rugi, kadang untung, dicela orang, stress, gak nyaman, kadang kesel-keselan, tapi sering juga kita ngakak bareng, merasa hangat Bersama-sama, cela-celaan.

Karena prinsip yang diterapkan adalah KONEKSI dan buat apa sih kita menguatkan koneksi? Supaya jadi manusia, betul?

Apa sih keunggulan manusia? OTAKNYA. Kita dikasih 3 otak sekaligus sama Allah, maka kemampuan kita yang gak dimiliki mahluk lainnya; ADAPTASI. Saya sering sih bilang; hewan gurun gak akan bisa hidup di es, vice versa. Manusia? Bisa.

Nah yang Namanya manusia ya bisa dan boleh merasakan emosinya, bisa dan boleh campur baur gak keruan, bisa dan boleh jadi dirinya sendiri. Karena dari situ kita belajar banyak. Growth mindset artinya siap belajar terus, dan situasi Ketika sedang belajar adalah TIDAK NYAMAN, karena tantangan kan artinya melakukan sesuatu di luar zona nyaman.

Tapi kalau gak gitu, kita gak akan tumbuh sampe ke titik resiliens, gak akan belajar meregulasi emosi, gak akan punya tujuan dan tekad yang sekuat baja untuk mengejarnya. Padahal itu kuncian hidup manusia yang bisa dilakukan setiap orang karena kita sudah dikasih bekal otak dan kemampuan adaptasi yang luar biasa itu.

Jadi ya mudah-mudahan yang masih jadi anggota tim selalu siap diajak marathon, karena cita-cita nya besar dan panjang. Semoga semua yang berjalan bergandengan Bersama kami siap untuk tumbuh bareng, karena cita-citanya adalah untuk masa depan anak-anak Indonesia yang lebih baik. Toh, aku dan kamu kita semua pernah jadi anak-anak. Mari Kembali ke masa itu, dan ingat baik-baik, hal apa yang paling kita ingin dan butuhkan?

Iya, saya yakin; koneksi. Yuk saya siap digandeng dan membersamai!

Leave a comment