Ehm, belakangan, saya lagi punya TAMBAHAN kesibukan baru. Yakni, menjodohkan dua ekor anggota keluarga baru kami, Fiona dan Mario. Sepasang lovebird.
**
Seumur hidup, passion saya memang ada di dunia hewan. Gak tau juga dapetnya dari mana, tapi saya sangat cinta binatang dan punya hasrat tinggi untuk belajar soal hewan. Sebagai hobby, tentunya. Bukan karier. Karena, untuk jadi dokter hewan, saya gak tega-an buat melakukan tindakan operasi dan lain sebagainya. Untuk jadi breeder, saya juga gak akan bisa profesional karena gak mau jual hewan kesayangan ke sembarang orang.
Namun yah, dari dulu, saya Cuma ngerti soal mamalia domestik yang enak dipeluk. Kucing, anjing, kelinci, misalnya. Belum pernah melihara unggas atau ikan.
Sayangnya, suami saya lebih berpengalaman dalam memelhara unggas dan ikan. Hahaha..
Jadi saat menikah, dan rumah kami dipenuhi kucing, dia menuntut hak nya. LOL. Pilihan tentu jatuh ke burung, karena memelihara ikan agak ribet ya harus punya aquarium atau kolam.
Maka, kami pernah memelihara dua ekor burung., waktu masih di kontrakan. Cucak hijau dan jalak kebo. Tapi kemudian keduanya meninggal. Heu. Si cucak hijau, kami prediksi, meninggal karena keselek pisang yang masih dingin. Sementara si jalak, entah kenapa, misterius, tiba-tiba berhenti bernyanyi dan kemudian wafat.
Sejak itu, saya trauma. Takut ah. Merasa bertanggung jawab atas nyawa yang hilang itu.
Sampai kemudian, setelah tinggal dirumah sendiri, suami saya mulai lagi mencetuskan ide memelihara burung. Saya jadi ingat, dulu, saat kami membeli si jalak di pasar burung Jatinegara, ada sepasang burung paruh bengkok yang SUPER CANTIK. Warnanya abu-abu putih, paruhnya merah muda dan suaranya nyaring. Sayang, harganya lumayan mahal.
Maka, saya mulai lah cari tau soal burung yang disebut ‘lakbet’ di jatinegara. Ternyata namanya LOVEBIRD. Hahaha…dan saya ketemulah berbagai penjelasan, foto plus video2. Yang membuat saya semakin JATUH CINTA. Jadi, lovebird itu adalah burung yang punya kepribadian macam kucing siamese. Nyaring, dominan, sangat butuh teman (kalo kesepian bisa stress dan mati), bahkan bisa keluar kandang dan bersosialisasi di dalam rumah. Layaknya burung-burung yang masuk di golongan parrots. Tapi ini ukurannya kecil.
Ahh..lucu amat. Belom pernah kebayang kalo ada burung yang bisa begitu.
Apalagi waktu nonton video ini.
Oh Tuhan…
Jadi saya bilang ke Poe, gak boleh melihara burung, kecuali love bird. “Kalo Lovebird, gue mau ikut ngurus. Kalo burung lain, gak mau!” #sikap
Akhirnya, jadilah Fiona. Seekor lovebird jenis fischer’s. Usianya udah delapan bulan.
Ketuaan memang untuk memulai bonding dengan seekor lovebird. Tapi saya gak berdaya karena beberapa alasan.
- Saya masih takut untuk punya burung muda yang masih harus makan makanan lembut, dan sebenarnya masih butuh ibunya. Meskipun tentunya bonding lebih mudah tercipta. Tapi saya kan gak pengalaman, takut mati. Heu
- Di Indonesia ini, ehm, sangat JAUH berbeda dengan di luar negeri. Jadi, jarang ada yang ngejual lovebird di usia muda, karena biasanya orang cari lovebird untuk dilombakan, dicari yang suaranya nyaring dan merdu, biar harganya bisa tinggi. Bla bla.
Oke out of topic dikit, saya mau cerita soal lovebird dari hasil gugling.
Di negara bule-bule itu, lovebird, (seperti juga anjing, kucing dan pets lainnya) dijadikan anggota keluarga. Disayang, dperlakukan sama dengan keluarga, berbagi ruang rumah dan ruang hati sepenuhnya. Sementara di sini, jadi barang dagangan. Saya gak sembarangan ngomong kok. Bener deh, coba aja gugling soal love bird versi indonesia dengan lovebird versi asing. Hasilnya bedaaaaaa banget.
Web versi indonesia, judulnya akan seputar: “Cara mengembangbiakan lovebird dengan cepat, agar menghasilkan keuntungan besar” atau “Cara mengisi suara lovebird” atau”Lovebird gacor? Gampang!” dan sebagainya.
Sementara web bule, judulnya “Siapkah anda memelihara lovebird sebagai anggota keluarga?” atau “Kepribadian Lovebird dan cara menciptakan bonding” dan sebagainya.
Coba aja nonton video2 di youtube. Breeder lovebird di luar negeri, akan menyediakan ruang khusus, dengan kandang besar penuh mainan dan terbuka. Jadi burung-burungnya bebas keluar masuk dengan nyaman. Sementara di kita, harus punya kandang dengan ukuran super kecil yang efisien, jadi modal kecil hasil besar. Ah, ya gitudeh.
Maka, kalo berminat memelihara lovebird sebagai anggota keluarga, gak akan dapet banyak info dari web lokal. Siap-siap buka kamus aja buat berbagai istilah asing soal unggas, hahaha..
Nah, kembali ke fiona. Awalnya, saya juga dibilangin sama mas-mas di Galaxy bird shop itu tips2 dan berbagai obat vitamin yang isinya kimia2 semua itu biar burungnya ngekek, gacor, atau cepet kawin, dan sebagainya. Jadi saya harus menjelaskan ke dia, bahwa saya gak akan mau melombakan Fiona. Saya mau dia jadi anggota keluarga.
Untungnya si Mas Uji itu orangnya pengertian. Btw itu adalah satu-satunya toko burung yang bikin saya betah berlama-lama, karena bersih dan teratur. Mas Uji ini orangnya sayang banget sama burung. Jadi dia ngurusin semua burung itu dengan optimal. Makanya pas saya bilang gitu, dia langsung kasih ide bikinin mainan, dan ngasih jenis makanan yang enak (tapi bukan favorit breeder karena aga mahal dan bikin burung gendut jadi males nyanyi).
Tadinya niat awal saya memang Cuma mau melihara satu aja. Punya pembantu atau gak, tiap hari saya yang bersihin kandang dan ganti panganannya. Saya sengaja kasih makan Fiona dari tangan saya, biar bonding cepat terbentuk. Awalnya, tentu saja dipatokin sampe pedih-pedih. Lama kelamaan, dia bahkan bisa bertengger akrab di tangan. Sayang, belom sampe rela mau diajak keluar.
Niat awal itu akhirnya berubah karena Abib semakin besar. Saya mulai merasa kewalahan kalo harus membagi begitu banyak perhatian. Sebab Abib butuh 50 pesen, sisanya harus dibagi dengan poe, empat kucing, diri saya sendiri, rumah, dan tanaman-tanaman. Nahlo!
Hahaha..akhirnya saya memutuskan untuk mencari teman buat Fiona. Setidaknya, saat saya kewalahan, dia gak sendirian. Lagipula, ada juga kok dalam hati keinginan belajar membiakan burung. Bukan sih, bukan buat bisnis, niatnya malah mau saya bagi2kan. Tapi saya seumur hidup belum pernah secara live, melihat burung kawin, menyiapkan sarang, bertelur, telur menetas dan rangkaian proses keberlangsungan hidupnya.
Saya kepengen belajar. Hehe..seperti saya bilang kan, passion saya memang ada di hewan kok dari kecil.
Akhirnya, datanglah Mario. Tadinya mau dikasih nama loki sama suami saya, iya, loki adik angkatnya Thor yang jahat itu. kata Poe, ‘Loki itu kan super cerdas dan licin’ tapi saya gak setuju. Cerdas sih cerdas, tapi Loki kan jahat. Hehe..saya percaya, nama itu doa, meskipun buat binatang. So, jadilah Mario. Cocok kan? Mario dan Fiona.
**
Setelah sekitar lima bulan, mereka mulai menunjukan gelagat-gelagat jatuh cinta.
Akhirnya, saya menyiapkan diri dengan ilmu-ilmu dari buku, internet dan film. Kemudian menyiapkan mental. Yak, mari kita jodohkan mereka.
Terhitung sampai hari ini, berarti sudah lima hari mereka berbagi kandang.
(Kandang mereka berdua, sekarang)
Terbukti sih memang kalo mereka sudah lama jatuh cinta, haha. Karena, biasanya lovebird yang dijodohkan akan berantem dulu, baru kemudiankawin. Sementara Mario dan Fiona gak pake berantem, langsung suap-suapan. Hahaha..
(Suap-suapan)
Saya sendiri belom pernah sukses liat kawinnya, tapi sejak dikandangkan bareng, dua hari pertama, sampe jam tiga pagi mereka masih aja ribut gusel-guselan berdua. Err..setelah dua hari itu, frekuwensi berisik gusel2an itu berganti dengan Mario yang sibuk mindahin jerami dari kandang ke dalam ‘gua’ untuk bertelur dan mengerami telur. Haha..romantis deh, jadi, sebelum si betina bertelur, Jantan akan menyiapkan dulu jerami dan rumah yang nyaman untuk si betina nantinya.
Sebab, Fiona akan mengerami telurnya selama 21 hari kan. Lumayan juga tuh lelahnya. Duh lucu deh liat mereka berdua. Tidur berdua saling menyender, makan berdua, mandi berdua. So sweet..
Setiap pagi sampai sore, Mario sibuuuk bolak balik kandang dan Gua dalam kandang. Sementara Fiona nyuapin. Ini romantis sih. Karena saya Cuma tau mamalia rumahan macam kucing yang boro-boro kerjasama. Abis kawin seminggu, jantannya pergi aja gitu. Kadang malah kawin lagi di depan si betina. Sementara si betina harus sibuk hamil, nyari tempat beranak yang gelap dan sepi, kemudian mengejan melahirkan lalu mengurus anak-anaknya sampai bisa jalan, SENDIRIAN.
Gak heran deh namanya Lovebird. Hehe..
Ngeliatin mereka lima hari ini jadi bikin saya terharu. Karena inget suami saya yang kelakuannya sama persis Mario, waktu saya hamil. Selalu ada, selalu mau bantuin saya, selalu siap, bahkan bikinin saya juice, masakan sehat dan ngebalurin punggung saya yang pegel akut tiap hari.
Sungguh cara yang unik dari Tuhan, untuk mengingatkan saya agar bersyukur. Bahwa saya diberikan seorang suami yang baik dan selalu ada. *tersipuMalu*
Aww…hehehe..
(Foto ini saya jepret jam 2 pagi, dan mereka lagi tidur berdua, saling menyender. Itu Mario kalo tidur emang ngumpetin muka di ketek..hehe )