Saya sering mendengar cerita sahabat yang tinggal di Melbourne, Australia karena ikut suami yang penduduk asli sana. Bahwa proses adaptasi tinggal di negara orang, berkeluarga, punya anak, bukan hal yang mudah.
Tapi bukan berarti enggak layak dicoba.
Karena itu, saya tertarik sekali saat melihat buku berjudul ‘Gado-Gado dan Sushi’ tulisan Yunitha Fairani, terbitan Gramedia. Di covernya ada tulisan ‘Belajar kiat-kiat orang Jepang mengajarkan disiplin dan kerja keras pada anak’. Kalimat singkat yang menarik buat kalangan ibu-ibu, bukan? 😀
Jadi, si penulisnya, menikah dengan warga Jepang, dan pindah ke Shizuoka (kota kecil yang jaraknya 1 jam perjalanan dari Tokyo) dengan memboyong putra dan putrinya. Buku ini bercerita dengan gaya bertutur yang enak, tentang perbedaan signifikan antara kehidupan dan budaya Indonesia dengan Budaya Jepang. Khususnya dalam membesarkan anak.
Banyak bab berhasil membuat saya tertawa geli karena penulis menceritakan kecerobohannya dalam keseharian bersama orang Jepang. Tapi kebanyakan bab membuat saya berdecak kagum dengan etos kerja masyarakat Jepang. Contohnya, ada salah satu bab yang menceritakan bahwa para ibu di Jepang, yang memiliki anak usia TK, melakukan kerjasama yang sangat baik dalam mempersiapkan bazaar.
Bahkan, di salah satu bab lainnya menceritakan cara pulang-pergi murid TK yang sangat menarik. Pihak sekolah, membuat kelompok kecil berdasarkan lokasi rumah. Setiap pagi, kelompok itu berkumpul di tempat yang disepakati, kemudian bejalan kaki bersama-sama dengan dipimpin seorang ibu dari murid kelas besar atau kelas tengah. Padahal perjalanan ke sekolah berjarak sekitar 700 meter, artinya anak-anak kecil itu harus menempuh pejalanan PP sejauh 1,4 km setiap hari.
Hebat ya? Saya rasa, ini adalah salah satu kebiasaan yang cukup menantang deh..
Di tengah persaingan global dan perdagangan bebas yang kini semakin keji, kelihatannya, orangtua harus mulai mempelajari budaya dan kiat ‘para pesaing’ dari negara lain.
Tujuannya, tentu agar anak-anak kedepannya mampu bersaing dan mampu membawa Indonesia yang jauh lebih kuat.
Sebab, sungguh, setelah usai membaca satu buku yang tebalnya 182 halaman ini, hati saya deg-degan. Betapa berat ‘persaingan’ yang harus dihadapi anak-anak kita nantinya, menghadapi anak-anak Jepang.
Btw, bisa juga buka blog kompasiana penulisnya di http://www.kompasiana.com/soyokaze