Kisah si Rumah (part 1)

Gallery

Punya rumah atas nama sendiri memang menyenangkan. Tapi, ENGGAK MURAH. Beneran.

Saya udah pernah cerita soal proses saya memilih dan membeli rumah disini. Setelah akhirnya menempati rumah impian ini, ternyata masih BUWANYAK yang harus dilakukan. Untuk itu, langkah pertama yang kami lakukan, adalah mencari ‘tukang’ kepercayaan.

Jadi, dari si mantan empunya rumah, dia merekomendasikan seorang tukang yang bisa memperbaiki rumah ini sejak dulu kala. Namanya pak Nari. Dia memang cukup cekatan buat ngebenerin genteng, mengecat, memotong pagar tanaman, ngurusin tanaman, bak kontrol, sampe memperbaiki jendela yang oglek-oglek.

Sayang, saat kami minta dia untuk memperbaiki kitchen set yang diwariskan oleh pemilik rumah sebelumnya, doi angkat tangan. Kemudian memperkenalkan kami dengan Sukidi, tetangganya. Pak Sukidi ini, jagoan kayu. Selain kayu, dia juga biasa menangani borongan pembangunan hotel-apartement dll. Jadi orangnya punya selera bagus dan rapi. Tapi yang terpenting, bisa dipercaya.

So, dia memulainya dengan memperbaiki kitchen set yang sudah lapuk dimakan rayap dan dijadikan sarang kecoa. Hasilnya memuaskan, bayarannya juga enggak mahal. Itu adalah biaya pertama yang kami keluarkan untuk rumah. Nyatanya, setelah itu masih banyaaaaak lagi.

Ini adalah resiko membeli rumah second. Banyak kayu2 atau perabot yang sudah reyot dan perlu diperbaiki. Ditambah, membeli sebuah rumah mea ns, harus juga melengkapinya dengan furniture. Jadi biaya yang dikeluarkan, bener2 enggak sedikit. Ingat itu!! hehehe..

Oke kembali lagi ke Sukidi. Karena kami merasa udah klik sama dia, akhirnya kami membuat rancangan ‘rumah impian’ ala Yasmina dan Poento. Ahaha..berlembar-lembar kertas dengan tulisan dan gambar, guntingan dari majalah, print-an gambar dari internet serta foto2 asli beberapa bagian dari rumah orang lain yang pernah kami kunjungi akhirnya jadi.

Dimulai dari halaman depan, kami berencana membuat saung kecil, dengan kolam mungil plus ornamen kayu macam restoran di hotel Bali Khama, Nusa Dua, Bali yang pewe inih:

Kemudian memperbaiki pagar dan mengecat dinding luar dengan warna orange muda. Ehem. Hehe..lanjut kedalam rumah. Jadi, rumah kami ini memiliki 3 buah kamar dibawah dan 1 kamar diatas. Sayangnyaaa, kamar2 dirumah ini berukuran sangat mungil, dan kurang ventilasi. Akhirnya, merombak kamar jadi rencana berikutnya. Yakni, menyatukan 2 kamar depan, meninggikan langit2nya dan menambah jumlah jendela.

Dengan menyatukan dua kamar, otomatis, kami juga jadi punya kesempatan untuk memperbesar kamar mandi. Sebab, tadinya ukuran tu kamar mandi adalah SUPER Small. Hehe. Buat ruang tamu, ruang tengah dan belakang sih kami udah puas. Cuma, saya punya satu keinginan SUPER besar: PUNYA LEMARI. Hahaha..lemari besar yang bisa menampung banyak buku, sekaligus berfungsi sebagai tempat naro tivi dan pembatas ruangan. Jadi kalo ada tamunya poe di ruang tamu, saya gak perlu repot2 lari ke kamar buat ganti baju. *pemalas

Sebenernya, saya sih kepengen dapur digeser. Tapi kok kayanya agak rumit, jadi saya sudah berpikir untuk mengakalinya dengan sketsel aja. Oia, untuk ruang dibelakang rumah yang agak terbuka, poe kepingin bikin taman kecil dengan pintu geser yang bisa dibuka-tutup. Jadi kalau hujan, dan airnya tampias, tidak lagi masuk dan membasahi ubin di dalam rumah. Kami se ngaja mempertahankan bukaan di langit-langit itu, sebagai ventilasi besar. Karena angin yang masuk semeriwing dari lubang itu, enaaaak banget bikin adem. Lagipula, kami kan memelihara kucing, harus punya lubang udara besar.

Rencana BESAR lainnya adalah membuat lantai atas. Kepengen sekali punya ruang kerja sendiri dirumah, dikelilingi buku dan perentilan buat bikin prakarya kesukaan saya. Saya juga kepengen, nantinya kamar anak2 saya ada di lantai dua. Jadi, saya juga mengumpulkan gambar untuk lantai dua.

Setelah ngobrol dengan Sukidi, ternyata biaya yang harus dikeluarkan untuk memenuhi semua rencana kami, jawabannya adalah nangis darah. Hehe…MAHAL BANGET. Kalo kata Sukidi: “Bapak-Ibu maunya kayu, harga kayu sekarang mahal banget. Belum lagi ini, itu, anu, semua mahaaal” *kalimat selanjutnya udah ga kedengeran, karena sedih. *drama

Akhirnya, saya dan Poento menengok isi tabungan dan menimbang, mengukur, akhirnya memutuskan. Prioritas utama adalah membobol kamar dan memperbesar kamar mandi, demi si bocah yang-pada saat itu- baru mau lahir. So, saat saya hamil 6 bulan, kami merenovasi kamar, kamar mandi, mengecat dinding depan. Waktu itu, bulan puasa. Dan saya juga masih bekerja. Jadi rasanya cukup berat. Tapi Sukidi bilang, sebaiknya buru2, sebelum harga bahan bangunan tambah naik lagi setelah lebaran.

Lagipula, saat itu waktunya emang pas. Kemarau lagi cakep2nya. Renovasi membobol rumah trus hujan adalah ribet kan, karena kami juga membobol langit2. Dalam rencana kerja Sukidi, kamar dan kamar mandi akan siap cakep dalam waktu satu bulan. Huff…ternyataaaa…saat dia membobol langit2, terlihatlah bahwa kayu2 penyangga rumah yang diatas eternit rumah kami udah reyot. Letaknya, kata Sukidi, sudah disilang-silang, diganjal-ganjal, satu mengganjal yang lain. “Kalo hujan angin besar, agak ngeri” kata Sukidi.

Akhirnya kami harus soft loan kepada pihak2 yang mau bermurah hati, hehe, untuk menambah biaya renovasi demi memperbaiki kayu2 reyot itu. Rasanya deg2an banget. Karena tambahan biayanya, BANYAK! Kayu itu mahal, jendral. Karena itu, belakangan para pembangun rumah menggunakan baja ringan. Tapi karena rumah kami sudah terlanjur menggunakan kayu, so harus lanjut dengan kayu. kalo mau diganti baja ringan, harus diganti semua. Pites aja gue. Heu.

Saat itu rasanya berat banget, punya hutang tambahan, belum lagi cicilan rumahnya, kehamilan serta persiapan membeli barang2 bayi, renovasi rumah membuat debu jadi gak habis-habis, pekerjaan. Semua itu bikin capek, dan akhirnya asma saya kambuh. Beberapa malam saya harus dilarikan ke UGD, karena bener2 enggak bisa nafas.

Kepenatan, kelelahan, dan rasa was-was itu berlangsung dua bulan. Setelahnya, rasa hati legaaa. Melihat rumah yang tadinya kacau sekacau-kacaunya itu bisa kembali dirapikan dan ditata. Duh..seneng sekali. Meskipun masih harus membayar, tapi rasanya PUAS. Punya kamar dan kamar mandi sesuai impian. Rasanya tenang, setelah mengetahui bahwa kayu2 di atap sudah kuat.   Dan SENANG, liat dinding luar berwarna ORANGE. Hehehe…

(Ini pas lagi chaos2 nya rumah dibangun..)

(Ini tampilannya sekarang..)

(ni orang lagi ngeberesin kamar. Sayang, saya lupa memotret kamar sebelum dirombak jadi besar dan tinggi. ehehe,.,)

(Kamar kamii…)

(Kamar mandi saat masih diacak-acak, sekali lagi, suaya bener2 lupa motret kamar mandi dalam tampilan sebelumnya)

(Ini tampilan si kamar mandi favorit sekarang,,,)

Tapi, setelah itu, emang udah selesai. IYA, selesai, tabungan kami yang selesai maksudnya. Rumahnya mah belom. Hahaha..

Karena, untuk membangun kamar, kamar mandi, mengecat dinding depan, memperbaiki kayu penyangga, dan berbagai perentilan macam pasang lampu, colokan listrik bla bla, menghabiskan dana diatas 3o juta. Padahal, itu aja udah banyak diskon, karena kami hunting sendiri bahan2 bangunannya. Saya si hamil ini, tiap wiken berdua Poe, mainnya ke toko bangunan sekeliling Bekasi-Jakarta Timur. Cari ubin, kayu, besi, sampe memilih warna cat.

Karena, untuk ngecat sekarang itu, semuanya udah pake mesin mixing warna. Jadi harus sekaligus beli banyak. Udah jarang cat warna asli, kaya dulu. Kalo belinya nyicil-nyicil, nanti hasil warnanya belom tentu bisa dapet yang sama persis. Ribet kan?

Ribet dan mahal. Tapi, apa kami punya pilihan? Sekarang atau nanti, toh tetap harus diperbaiki. So, saat udah beres, rasanya tetap PUAS. Kemudian, tentu saja, Alhamdulillah…

One response »

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s