Write It Down, Baby..

Gallery

 

Sudah nonton film The Help?

Kalau belum, saya rekomendasikan film ciamik itu buat menemani weekend anda bareng keluarga. Saya nonton film itu berdua mamah, dan sukses terharu.

Felem dengan budget 25 juta dollar ini genre nya drama-comedy, yang bener2 mengharukan. Disadur dari novel ‘The Help’ bikinan Kathryn Stockett, film ini sukses bercerita soal nasib orang kulit hitam di tahun 1960-an, waktu AS masih sangat rasis. Setting tempatnya daerah Jackson, di Mississippi. Sedih karena semua ibu2 sosialita, tidak bekerja, mempekerjakan orang kulit hitam sebagai ‘babu’ buat urus anak dan rumah, while mereka main poker. Tapi, orang2 kulit hitam itu bahkan enggak boleh menggunakan WC di dalem rumah.

Untungnya, ada salah seorang dari wanita2 itu yang cukup waras. Namanya skeeter, berbeda dengan teman2nya yang udah merit dan punya anak, dia belum. Awalnya sih sebenernya karena dia selalu ngerasa jelek, engga pede apalagi kalo ngebandingin diri sama teman2nya yang demen dandan.  Akhirnya Skeeter memutuskan bekerja di media kemudian punya cita2 buat jadi penulis.

Sampe akhirnya dia memberanikan diri buat nulis satu buku yang bercerita soal kehidupan malang para kulit hitam di Jackson. Cencu saja dengan nama samaran. Awalnya, enggak ada satupun dari pelayan2 kulit hitam itu yang mau ngomong. Takut. Iyalah..

Tapi kemudian ada kejadian pembunuhan yang mengerikan, dan Aibileen (namanya bagus ya?), salah seorang pembantu memutuskan untuk berani diwawancara sama Skeeter.  First lines nya keren banget:

[first lines]
Aibileen Clark: I was born 1911, Chicksaw County, Piedmont Plantation.
Woman: And did you know as a girl growing up that one day you’d be a maid?
Aibileen Clark: Yes ma’am, I did.
Woman: And you knew that because…
Aibileen Clark: My mama was a maid. My grandmama was a house slave.
Woman: [whispering as she writes down] “house slave…” Did you ever dream of being something else?
Aibileen Clark: [nods yes]
Woman: What does it feel like to raise a white child when your own child’s at home being looked after by somebody else?

Heheu… satire. Gak lama semua pembantu kulit hitam mau bicara, dan lengkaplah narsum yang dibutuhkan Skeeter.

Akhirnya buku itu terbit, sukses bikin semua penduduk kulit putih depresi, dan warga kulit hitam bahagia.

Tulisan. Buku. Sesuatu, ya? Hehehe…

Temen saya, Shally Pristine, yang seorang pengajar muda di Indonesia mengajar pernah nulis ini di halamannya.  Bagus banget tulisannya. Greatest line nya: “Berceritalah agar resonansi itu merangkai Cerita Diri tiap-tiap Aku, semacam The Rise of Indonesia, menjadi Cerita Kita. Hingga mereka saling menjalin menjadi tenun bernama Indonesia.” Karena tulisan sebenarnya bernilai tinggi. Teman-teman jurnalis pasti sudah akrab dengan situasi macam ini. Ada rasa puas dan lega, saat tulisan yang dibuat, berhasil mengubah sesuatu ke arah yang-tentu saja-lebih baik.

Meskipun kerap didera dengan tuntutan perusahaan untuk membuat tulisan dengan ‘arah’ tertentu. Atau disodok waktu yang mepet agar mampu membuat puluhan berita pendek, karena sekarang jamannya online. Tapi, saat ada waktu membuat tulisan panjang, atau feature singkat tentang sesuatu hal yang kita yakini kebenarannya, kemudian redaktur mau memahami dan memasukkan tulisan tersebut di koran kita. Rasanya, tetap, senang. Belum lagi, kalau setelah itu, ada ucapan-ucapan terima kasih tulus yang dilontarkan buat kita. Rasanya seperti menambah energi.

Inget gak kata2 terkenal Napoleon Bonaparte? “Aku lebih takut satu pena daripada seribu pedang”? kata2 itu dari dulu selalu diulang-ulang Papa buat saya, supaya saya rajin menulis tapi hati2 dalam membuat satu tulisan. Baik itu tulisan di diary yang terkunci, dan apalagi tulisan yang akan dilempar ke public area. Karena gak selalu dampak baik yang akan didapat, tapi juga SERINGKALI, mengakibatkan hal mengerikan.

Saya pernah nulis running soal TPST Bantar Gebang, waktu masih jadi carep. Saya bikin tulisan pendek, dan panjang sehalaman soal busuknya pengolahan sampah, yang sebenarnya Cuma ‘permainan’ uang aja. Saya pernah ngalamin republika habis dibeli pemkot Bekasi, saat itu, karena tulisan saya. Dan buntutnya, saya pernah ngalamin ancaman2 lewat sms, telepon bahkan bertatapan langsung.  Hehe..takut? iyalah takut banget. Bukan gak mungkin kan saya tiba2 dikubur aja di gunungan sampah. Tapi kapok? Enggak. Hal-hal macam itu yang bikin profesi wartawan merupakan profesi nomor wahid, ter-menyenangkan sedunia.

Hilly Holbrook: Maybe I can’t send you to jail for what you wrote, but I can send you for being a thief.
Aibileen Clark: I know something about you. Don’t you forget that. From what Yule Mae says, there’s a lot of time to write letters in jail. Plenty of time to write the truth about you. And the paper is free. “

Jadi, sepakat dengan Shally. Berceritalah. Jangan kapok, jangan berhenti. Kalo menurut saya, saat kita memilih untuk menjadi seorang penutur, stagnan adalah musuh terbesar. Tulisan yang kaya, pastinya berasal dari pengalaman, pembelajaran, dan perenungan yang juga kaya. Shally, memutuskan berhenti jadi Jurnalis dan mengajar di daerah terpencil, sampai kulitnya melegam. 🙂 tapi, dia, tidak berhenti menulis. Tiap saat, ada postingan baru di notes facebooknya ini, mengenai kegiatan dan apa yang terjadi di belahan Indonesia yang namanya bahkan belum pernah saya dengar sebelumnya.

Artinya, IMHO, otomatis seorang pencerita, adalah manusia yang senang belajar, membaca, berpetualang dan merenungi semuanya kemudian mulai ‘menenun’ dalam bentuk tulisan. Tentu saja, dengan niat yang baik, akan lebih melengkapi. Demikian, saya rasa.

Saya, merenungi kata-kata terakhir di felem The Help, keluar dari mulut Aibileen, setelah buku tulisan Skeeter terbit dan dia dipecat dari rumah majikannya:

“God says we need to love our enemies. It hard to do. But it can start by telling the truth. No one had ever asked me what it feel like to be me. Once I told the truth about that, I felt free. And I got to thinking about all the people I know. And the things I seen and done. My boy Treelore always said we gonna have a writer in the family one day. I guess it’s gonna be me. “

Untuk kemudian membuat tulisan ini.

Silakan nonton The Help, dan mari kita menulis!

Leave a comment