AYO IBU, KITA MAJU JAGA BUMI! (Jadi bagian dari Peri Bumi)

Image

Nama saya Yasmina.

Saya bukan siapa2 dan bukan anaknya siapa-siapa..

Saya bukan artis, bukan pejabat, bukan pengusaha kaya, bukan dokter, bukan psikolog.

Saya adalah ibu. Dari 2 orang anak, yang saya cintai sepenuh hati.

**

Saya inget banget, dulu waktu saya remaja, saya pernah ngomel balik ke mama yang lagi cerewet ngingetin ini itu, bawelin ini itu.

Saya bilang “Mama bisa berhenti gak sih bawel? Iya aku ngerti kok harus ini itu”

Mama menatap saya dalam dan bilang “ENGGAK. MAMA GAK AKAN BERHENTI! mama mencintai kamu, maka mama melakukan ini semua. Kamu sekarang belom paham, tapi suatu hari nanti kamu pasti tau, ibu mencintai anak2nya bahkan lebih dari dirinya sendiri. Makanya sibuk mikirin masa depan anaknya, sibuk mikirin apa aja yang layak untuk anaknya..”

**

Sekarang, mama udah gak ada. Meninggalkan saya dengan 2 anak, pre-teen dan toddler yang harus saya peluk tubuh dan jiwanya dalam satu waktu.

Kalau mama masih ada, saya akan cium dan peluk dia lalu meminta maaf karena dulu suka ngelawan dan ngebantah. Saya pengen sekali bilang “Oh ternyata gini ya rasanya, jadi ibu…”

Iya, ternyata gini rasanya jadi ibu. Mencintai sepenuh hati dan berupaya sekuat tenaga untuk melakukan segalanya agar masa depan anak-anaknya aman.

Saya enggak akan pernah belajar soal manusia, soal otak, mendirikan tempat Pendidikan anak dan membangun komunitas pengasuhan, kalau Tuhan tidak mengizinkan saya menjadi ibu. Saya belajar banyak hal setelah menjadi ibu. Saya belajar soal pengasuhan, pendidikan hingga belajar merawat yg ada, termasuk bumi, agar anak-anak saya kelak tinggal di tempat yg layak..

**

Menjadi ibu adalah sebuah pilihan yg membuat kita rela terus berjalan tanpa henti, mencari cara untuk menyiapkan segalanya demi anak-anak. Ini yang membuat kita Jadi lebih kuat, lebih smart dan lebih hebat.

Berbanggalah ibu. Kita adalah garda terdepan yang menjaga masa depan anak-anak. Makanya mari kita bergandengan, berjalan beriringan. Menjaga anak-anak artinya menjaga lingkungannya, artinya menjaga anak-anak lain juga layaknya anak-anak kita. Menjaga anak-anak pun artinya menjaga tempat tinggalnya, bumi, sehingga masih layak ditempati hingga ia dewasa nanti.

Menjaga anak-anak artinya belajar dan berusaha lebih keras, merapatkan barisan dan ayok kita lakukan yang terbaik.

Karena kita adalah ibu. Menjadi ibu adalah pilihan yang membuat kita jadi jauh lebih baik dari sebelumnya.

Menjadi ibu, artinya menjadi tempat bermula sebuah kehidupan baru dan itu pekerjaan luar biasa.

Apalagi bekalnya cuma satu; cinta.

**

Modal ini (tentu selain modal duit yang gimana juga diusahakan itu), adalah bekal saya maju terus. Enggak kok, ini ujungnya bukan nyaleg, bukan. Yang kaya Yasmina gak bakat nyaleg.

Saya resah. Kalau kamu yang udah ngikutin blog saya dari dulu pasti tau, keresahan-keresahan saya yang terus menerus diulang:

  • Kesejahteraan anak
  • Keasrian lingkungan
  • Kesetaraan gender

Dari jaman saya masih jadi jurnalis, sampe sekarang, isu terpenting yang selalu nyangkut di kepala saya adalah 3 hal itu. Saya selalu tertarik sama dunia anak-anak, saya selalu kepengen melakukan sesuatu untuk bumi, dan saya merasa gender dibuat Tuhan untuk setara. Bukan sama, tapi setara.

**

Untuk menjadi bagian dari solusi, saya percaya kunci utamanya berawal dari rumah; keluarga. Semua diawali dari bagaimana kita semua diasuh dan dididik di rumah. Karena kita semua dulunya sama-sama menggulung nyaman di dalam perut seorang…IBU.

Eits, jangan ngegas dulu. Ini bukan artinya bahwa semua jadi tanggung jawab ibu dan mengesampingkan peran bapak. Justru ini artinya, ibu, peran yang dianggap kecil karena hanya beberes rumah, masak, jajan di tukang sayur itu adalah peran yang terpenting. Membesarkan manusia itu bukan hal kecil, lho.

**

Berbekal keyakinan bahwa peran ibu yang gak mungkin gak bawel di rumah, dan rasa cinta ibu ke anak-anaknya yang tak kan bisa ditandingi siapapun itu, maka saya menggagas sebuah Gerakan yang kami di parenting is easy namai: PERI BUMI.

Bumi kita Cuma satu. Kalo kata Greta, there’s no planet B, bla bla bla..

Kalau dipikir-pikir, logis deh. Orang tua sibuk mempersiapkan masa depan anak dan mendukung penuh cita-citanya. Jadi dokter, jadi psikolog, jadi pejabat, jadi pengusaha, sampe jadi artis. Lah kalo diterjang banjir, ledakan gas metan sampah, kebakaran hutan, angin topan, gempa bumi, tsunami, trus sekolah tinggi-tinggi tuh buat apa? Buat menjemput maut?

Bumi kita enggak baik-baik aja, lho. Dan itu karena manusia, bukan mahluk hidup lain.

**
Saya sering denger ejekan di sana sini, ya emang pemerintah juga regulasinya gak ramah lingkungan sih. Atau, ya manusia juga tamak sih, enggak kenyang-kenyang. Atau, males ribet —a.k.a not in my backyard phenomenon. Saya tetap percaya, kita semua dasarnya baik. Kita semua bisa tumbuh kembang sampe usia dewasa ini karena attachment dan koneksi.

Jadi daripada ngejek, mending ngajak—kalo kata Denia, cleanomic.

Saya percaya, semua harus dimulai dari tahu. Kalo kata Nia Umar, skemanya ; tau, mau, mampu. Itu dulu deh bekalnya. Maka, hal pertama yang kami lakukan adalah; edukasi.

Iya, mengajak ibu-ibu untuk belajar, supaya tau. Bahwa yang gak keliatan di halaman rumah kita itu, bukan berarti gak kejadian. Coba deh penasaraaaan aja dulu, kemana sih perginya bungkus ciki, mangkok Styrofoam abis jajan mi ayam, gelas dan sedotan plastik boba yang kita beli dan buang di tempat sampah dalam damai itu?

**

Ke TPA, TPS ditumpuk gak keruan ngotorin udara dan air tanah, ke laut, ke sungai, ke mana-mana. Indonesia bukan lagi paru-paru dunia, tapi tempat sampah dunia. Soalnya Amerika juga buang sampahnya ke Indonesia, ditumpuk tuh begitu aja nyampur-nyampur gak keruan.

Pemerintah dan regulasinya SANGAT PENTING. Tapi memulai dari diri sendiri dan lingkungan sekitar juga penting, lho. Kalau kepingin ada perubahan menuju arah yang lebih baik, maka hal pertama yang harus dilakukan tentu; mulai.

**

Di PERI BUMI ada 3 kegiatan yang kami usahakan bisa dimulai dan berlangsung secara sustain, mulai 2022:

  1. Pemilihan 50 orang duta ibu yang akan mengikuti rangkaian kelas terkait pengasuhan dan waste management
  2. Konten Pendidikan untuk anak-anak baik yang bisa dipergunakan di sekolah maupun di rumah
  3. Memberikan pelatihan kepada mereka yang paling terdampak; Geng TPST Bantar Gebang. Ke pengurus Yayasan atau sanggar Pendidikan anak yang ada disana.

Basicnya adalah karena kami di ROOTS LEARNING CENTER sudah mengaplikasikan connection-based curriculum, yang meyakini bahwa tahapan Pendidikan awal seorang manusia itu mulai dari 3 hal: makan, tidur, toileting.

Lah apaan sih? Apa hubungannya sama zero-waste living?

Kaitannya adalah conscious, alias mindful. Iya, jadi Pendidikan anak itu seperti bangunan rumah. Ada pondasi, ada bangunan dan ada atap. Pondasinya, di usia bayi hingga pra-sekolah: makan, tidur, toileting.

**

Tau gak bedanya habit dan ritual?

Habit itu adalah sesuatu yang dilakukan otomatis aja, tidak bermakna karena ya dilakukan aja setiap hari. Sementara ritual itu adalah sesuatu yang conscious. Dilakukan dengan sadar dan ada tujuannya.

Kebayang gak kalau hal-hal yang dianggap sederhana seperti makan, tidur dan toileting dilakukan sebagai habit. Yaudah laper makan, ngantuk tidur, buang air. Apa istimewanya?

Coba kalau dilakukan dengan berkesadaran.

Oke udah jam 8.30 nih, aku harus siap-siap tidur. Beresin dulu deh kerjaan, sikat gigi dulu deh, ganti baju, bersih-bersih, wudhu, baca buku, baca do’a. Jadi jam 9 sudah bisa merem.

Atau

Wah udah jam 11.45 nih, oke siap-siap deh rapiin dulu meja kerja, siapin checklist buat nanti, cuci tangan dulu, siapin minum biar jam 12 makan. Oh apa nih makanannya? Wah ada pepes ayam, sayur bayam. Ambil nasi secukupnya deh, jangan terlalu kenyang nanti ngantuk. Ambil satu aja pepesnya cukup kok, kasian nanti yang lain gak kebagian..

Iyak, MINDFUL.

Tau kapan lapar, kapan kenyang. Tau kebutuhan diri sendiri. Kenal sama diri sendiri. Ngeh sama badannya. Ini akan membiasakan kita menilai segala sesuatu gak membabi buta. Gak akan kalap sama diskon yang sebenernya gak diskon, gak akan kalap ngambil makan sebanyak-banyaknya mumpung di kondangan tapi trus gak abis, gak akan terus-terusan nontonin serial sampe pagi karena keasyikan…

Endingnya? Badan jadi lebih sehat, kantong juga, buminya juga. Kebayang kan kalau kita enggak harus FOMO orang ngapain kita ikutan, trus segala barang atau makanan dibeli padahal gak dipake ujung2nya jadi sampah. Ah kalo dijelasin mah panjang.

Tapi kebiasaan ini tentu akan mengarah ke hidup yang zero waste karena gak berlebihan, maka gak banyak nyampah. Tau kapan berhenti, tau rasa cukup.

Akhirnya banyak waktu untuk refleksi dan menjalin koneksi dengan diri sendiri, dengan orang lain bahkan dengan ibu bumi tersayang…

**

Kurikulum ini kami namakan roots of growth, dan ini landasan utama yang akan kami berikan di pelatihan pengasuhan PERI BUMI.

Harapannya semoga 50 orang duta ibu ini bisa melakukannya di rumah, bahkan menyebarkannya ke lingkungan sekitar bahkan membuat sesuatu sebagai output dari pelatihan ini.

Kalau saya sih percaya. Terserah deh orang mau ngeledekin, ngetawain dan bilang misinya terlalu ambisius. Gak apa. Saya tetep akan maju.

Karena saya percaya, semua harus dimulai dari hal yang paling kecil; diri sendiri. Kalau keyakinan ini dilakukan oleh ibu, seenggaknya sudah ada 3 atau 4 manusia lain yang akan otomatis ngikut.

**

Percayalah, sejak saya kecil, ibu saya yang lebih ambisius itu sudah membekali kami dengan Tupperware akordeon dan tempat minum lipat kemanapun kami pergi. Lengkap dengan totebag lucu-lucu.

“Jangan pake plastik, jangan nyampur sampah, jalan kaki aja kurangin naik mobil, decluttering rumah jadi gak ada barang gak kepake yang ujung2nya jadi sampah, bikin menu biar gak ada makanan kebuang, rapihin bahan makanan di kulkas, simpen botol plastik atau gelas-gelas sekali pake nanti mamah jadiin tempat semai bibit….”

Kalau ada kesempatan jalan-jalan, kami pasti diajak ke laut, ke gunung, ke hutan, lalu dijejali dengan doktrin “Disayang ya, biar kamu masih bisa lihat pemandangan seperti ini kelak..”

Pesan-pesan dan contoh itu yang membawa saya sampai disini, hari ini.

Jadi saya sih percaya banget bahwa ibu punya peranan maha penting, karena saya udah mengalami jadi anak ibu Tita yang conscious. Gimana? Mau coba? YUK!

Ikut dan jadi bagian dari movement PERI BUMI. Cuss http://parentingiseasy.id

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s