Kenapa sih kita bermusuhan terus?

Gallery

Saya suka debat. Iya, sampe dulu sempat ikutan debate competition, jaman SMA. Dipilih sama guru bahasa inggris, karena saya bawel, kali ya? atau kekeuh? Hahahaha..

Dan buat saya, berdebat itu penting. Selama ujungnya ada solusi. Dan hal terpenting lainnya, kalo debat ya harus ketemu muka. Karena kalo gak, ya percuma, pasti solusinya gak dapet.

Seperti debat-debat jaman sekarang di media sosial. Pppffftt…

blog debat 2

Penting banget deh, sampe tulisan sepanjang apapun dibaca, kemudian di share, dan ditambah komen yang provokatif. Segitu kurang kerjaannya orang jaman sekarang, atau emang aja butuh tempat buat saling bermusuhan?

Saya pernah nulis juga soal fenomena, atau lebih tepat disebut; keanehan, disini. Waktu itu yang saya bahas soal perdebatan susu antara ahli kesehatan dengan fatwa agama, yang sebetulnya lucu, karena setelah diulas tuntas, ya gak ada yang harus didebatkan. Saya juga pernah nulis soal cerita dinda vs ibu hamil dulu, yang dipandang dari satu sisi aja oleh banyak orang.

Sosial media itu menyebalkan. Iya, terutama kalau dipergunakan untuk ribut dan menyebarkan cerita sarat provokasi. Sekarang apa lagi tuh yang diributin? LGBT? Hadeh,,

Saya kan lulusan social welfare ya, sepanjang 4 tahun masa kuliah, yang saya pelajari itu adalah kasus-kasus sosial. Masalah sosial, dan pelakunya serta cara menanganinya. Dan selama 4 tahun itu juga saya banyak berkelana kesana kemari, belajar soal manusia dari berbagai kalangan, latar belakangnya, dan apa yang harus dilakukan. Karena, harusnya selepas lulus, saya jadi pekerja sosial yang tugasnya menangani hal-hal tersebut. (meski pada akhirnya gak jadi peksos juga sih, ahaha)

Terimakasih banyak buat jurusan itu, karena saya jadi terbuka banget buat semua hal yang mungkin terjadi sama manusia. Poin terpenting dari kuliah 4 tahun itu sebetulnya adalah: Tuhan tidak mungkin menciptakan mahluknya sama persis. Bahkan anak kembar aja ada bedanya. Bahkan kakak adik yang dididik dan diasuh dengan pola yang sama pun pasti hasilnya berbeda.

Setiap kasus sosial, penanganan pertamanya harus ; assessment. Ya, karena setiap orang berbeda tadi. Misalnya, ada dua orang pecandu narkoba yang datang. Usia sama, jenis kelamin sama, berasal dari lingkungan yang sama dan menggunakan narkoba yang sama. Emang treatment nya bisa sama? Ya enggak. Emangnya lembaga survey? Kami harus melakukan assessment untuk masing2 orang tersebut.

Karena latar belakang mereka menggunakan narkoba pasti berbeda. Pasti ada yang lebih mudah disadarkan, dan ada yang sulit. Atau keduanya sulit, namun tak bisa ditangani dengan cara yang sama. MANUSIA ITU SUPER SULIT. Ini dia makanya saya takut banget punya anak, karena saya belum berani mengambil tanggung jawab sebesar itu, untuk mendidik beberapa manusia yang sudah psti nantinya berbeda. Ok. Stop curhat.

Kembali ke manusia. Kadang, saya berharap, manusia itu semudah mesin cuci. Barang dateng, ada manualnya, ada instruksi. Pergunakan. Ngadat dikit, bisa panggil tukang service. Masa pakai sudah terlalu lama, dan mesin mati total. Beli lagi. beres. Sayangnya gak ada manusia yang smudah itu. semua manusia rumit. That’s it.

Karena itu, menarik. Dulu, jaman baru lulus kuliah, dan masih nganggur, saya tu kerjaannya dateng kesana kemari. Bokap suka banget nynyirin odha. Dia bilang HIV itu penyakit kotor, yang Cuma didapetin sama mereka yang pernah berbuat dosa besar. Saya gak percaya. Mana ada takaran se fix itu buat manusia?

blog debat

Saya datengin NGO yang bergerak di bidang itu, saya baca buku2nya, saya ngobrol sama teman yang terinfeksi HIV, bahkan berujung pada menulis cerita tentang teman-teman yang dulu pernah terjerumus dalam jerat narkoba bertahun-tahun. (dan sampe sekarang tu cerita gak beres2. Huhuhu..) inget twit2 tifatul sembiring dulu yang mendeskriditkan odha? Sedih ya bacanya.

Kenapa sih dia gak belajar dulu, baru ngomong? Kesimpulan saya dari mengenal lebih dekat mereka yang aids, dan bahkan ngobrol sama dokter2, adalah: HIV gak Cuma menginfeksi mereka yang melakukan “dosa besar”, tapi juga bisa bikin suster-suster yang menangani pasiennya kena. Istri2 yang gak tau apa2 juga bisa kena dari suami yang kerjaannya jajan diluar. tukang sampah bisa juga terinfeksi dari buangan sampah medis yang gak ditangani dengan baik. dan ada BANYAK SEKALI anak kecil yang terinfeksi, karena mereka terlahir dari ibu yang Aids. Emang mereka bikin dosa? Enggak kan.

Saya jadi belajar, bagaimana cara menghindari diri dari penyakit itu, kemudian pentingnya teratur memeriksakan diri setiap 6 bulan sekali untuk tau apakah kita terinfeksi atau gak. Lah iya, kan kita gak tau ya? buat saya lebih baik menjaga dan tahu, agar kita bisa juga menjaga orang-orang disekitar biar gak ketularan. Soal dosa, siapa sih manusia yang gak bikin dosa? Semua juga bikin dosa kan. Itu hak prerogatif Allah, bukan? Trus bukannya menjauhi dan mencemooh mereka yang sudah terlanjur kena penyakit itu, adalah perbuatan dosa? Jadi siapa yang lebih dosa?

Gitu juga dengan LGBT. Saya jadi sepakat banget sama ernest prakasa, di tulisannya ini. Tahun 2007, saya pernah dateng ke seminar nya yayasan arus pelangi (kalo gak salah). Temanya soal homophobia. Tau gak rasanya dengerin pembicaranya cerita disitu? Kaya dengerin ustad yang suka ceramah soal islamphobia. Iye sama. Yang terasa Cuma: takut, dan lawan!

Dibenci, emang Cuma bisa menimbulkan dua efek: takut atau melawan. Apapun kasusnya. Dan keramaian soal ini, sekarang, adalah dampak dari kebencian. Iya, sama kok dengan jilbab panjang, cadar, dan isbal. Soal berhak gak berhak, coba tengok aja hukum indonesia, ada gak yang ngatur soal itu?

Kenapa saya dateng ke seminar itu? karena penasaran. Hahaha..rasa penasaran saya kadang gila emang. Saya penasaran, kenapa manusia bisa begini, begitu. apa penyebabnya? Gimana awalnya? Siapa yang pertama? Lalu apa rasanya? Dan gimana solusinya?

Rese? Emang.

Gitu juga makanya saya amat tertarik dengan anak-anak special needs, mereka yang memilih untuk jadi vegetarian, pembela hewan, FPI, pengguna narkoba, cerita-cerita perang dll. Buat saya, kisah mengenai kaum yang terpinggirkan selalu menarik. Dan saya gak pernah pengen mendakwa siapapun, karena kita semua pasti prnah berbuat salah. Ngana pikir, ngana nabi?

Lagian lucu juga sih, sebagai orang islam, saya kadang merasa aneh dengan sebagian orang yang demen banget nyela2 agamanya sendiri. Adalah pake jilbab dihina-hina, menutup aurat dibilang gak adil, adalah hukum nikah-cerai dicela-cela. Di agama lain juga saya sering nemuin hal kaya gitu. Apalagi dari band-band metal luar, yang sering banget melecehkan kitab sucinya.

Buat saya, ini kaya kita kerja di suatu tempat. tapi tiaaaaap hari kita cela2, ya bossnya, ya aturannya, ya inilah itulah. Tapi angger weh kerja disitu, makan dari situ, idup dari situ. Kan dodol. Kalo gak betah, ya cabut aja. Karena ngubah aturan perusahaan udah pasti susah ya kan? Ya cari aja kantor lain yang lbh cocok. Pasti msh banyak

Gitu juga dengan agama. saya memilih islam, karena menurut saya, 99 persen aturannya masuk akal. Sisanya ya dogma. Namanya juga agama. ya pasti ada tuntutan untuk percaya aja deh, gak usah banyak nanya. Seperti misalnya hukum2 didalamnya. Dipikir UU kita kali, bisa dibantah pake perpres, permen, dll dll.

Kenal Doni Herdaru Tona? Pack leadernya animal defenders. Dia gak beragama. Iya, buat dia, Tuhan itu terlalu besar untuk dimasukkan kedalam satu agama. jadi dia gak memilih satupun. Dia juga gak mau makan daging, karena dia gak setuju dengan anjing dan kucing yang dijadikan santapan. Ini yang saya sebut komitmen. Benar atau salah, bukan urusan saya. tapi di mata saya, dia punya sikap.

Konyol deh emang, marah2 karena anjing dan kucing dimakan, tapi tiap hari makan sapi, ayam, bebek. Ya apa bedanya? Yang diprotes mungkin harus cara membunuhnya ya. tapi, ayam2 di resto cepat saji juga ngeri banget dibunuhnya. Heu. Boleh kali punya peternakan sendiri. Ok kembali ke Doni. Ini yang saya sebut pilihan. Hooh. Gak suka ya buang, kalo udah milih ya jalanin.

Aneh ya kan orang2 jaman sekarang. Ada yang nyela agamanya sendiri, ada juga yang nyela “dosa-dosa” orang dan menganggap mereka harus dijauhin, dikucilkan bahkan dienyahkan dari muka bumi. Jahat lo semua, tau gak?

blog debat 3

Kenapa sih kalian bermusuhan terus? Buat apaan?

Saya marah. Iya saya marah. Karena cepat atau lambat, anak saya makin besar. Makin bisa memahami persoalan. Makin bisa bersentuhan dengan sosial media. Dan jadi tau apa yang diributkan. Saya khawatir. Iya, saya khawatir dia kebingungan karena kalian bertengkar terus.

Allah ngasih surga buat siapa aja yang dikehendakiNya, bukan? Bahkan pamannya nabi aja gak bisa masuk surga. Kita gak bisa nyurangin Tuhan. kita gak bisa nyogok Tuhan. mana ada yang tau, kalo seumur idupnya dia pendosa, tiba2 setahun sebelum mati dia tobat dan diampuni, kemudian dikasih surga? Mana kita tau juga kalo seumur idup alim, tau2 setahun sebelum mati, dia bikin dosa besar, dan gak dikasih surga? Trus ngapain pada berantem?

Yang paling saya bingung adalah: kalo baca satu artikel trus langsung aja percaya. Itu adalah hal teraneh dari kelakuan netizens. Emang gak penasaran? Emang gak pengen tau lebih banyak? Emang gak suka belajar? Gak pengen tau, secara science, kenapa kita harus nutup aurat? Gak pengen tau secara psikologis, kenapa seseorang bisa jadi gay?

Pengennya musuhin aja. Kaya kucing berantem rebutan wilayah.Sikap saya soal LGBT, Penyalahgunaan Narkoba, Kriminalitas, dan segala perilaku menyimpang ya sudah jelas: Enggak setuju. Dan ya, saya sepakat kalo itu dosa. Dan saya enggak mau anak saya ada didalamnya.

Tapi, menurut saya, satu2nya cara untuk menjaga agar keluarga kita terselamatkan dari “dosa” dan perbuatan yang menyimpang adalah paham benar suatu masalah yang terjadi. Tau betul akar masalahnya, kenal dengan persoalan2 semacam itu, dengar sendiri kisah2nya, lalu tau, bagaimana caranya memerbaiki juga mencegah. Untuk bisa kaya gitu, kan bukan dengan napsu banget nge share cerita provokatif.

Mama saya, setelah pensiun, ngaji di istiqlal. Lalu mereka sistemnya TOT. Jadi yang dianggap udah mampu, harus terjun ke masyarakt untuk ngajar. Mama saya ini orangnya gak pernah memusuhi sesuatu yang dia gak paham benar. Lalu dia penasaraaaaaan banget sama kehidupan di balik penjara. Yang terjadi? Dia ngajar di LP Cipinang.

Iyes, penjara laki2.

Takut? Iya awalnya dia takut. Tapi tau gak? Hal yang paling saya suka adalah mendengarkan dia cerita, setelah dia pulang ngajar. Karena, gak semua manusia yang ada didalam situ benar-benar bersalah. Ada-lah kakek2 yang nemuin ganja di lemari cucunya, lalu dibuang dan dibakar di halaman. Karena dia gak ngerti. Ada-lah yang difitnah. Tapi ada juga yang emang bersalah.

Dulu jaman saya ABG dan bandel banget, mama gak pernah tuh ujug2 ngomel dan nyeramahin saya, kaya papa. Dia belajaaaaaarrrrr dulu yang banyak, dari semua aspek, sampe paham. Baru masuk ke saya dengan cara yang paling smooth. Iya, belajar. Apa sih susahnya belajar? Research dulu lah sebelum nyela.

Buat mama, setiap manusia itu sama. Sama2 benar, dan sama2 salah. Kita, sebagai sesama manusia, gak punya hak untuk men-judge. Karena sebetulnya, kita terlahir dengan beban yang sama. Beban untuk saling mengingatkan, saling menyayangi, saling berbuat baik, dan saling menjaga. Keren ya dia?

Saya belajar mengenal beban tersebut, dari dia. saya belajar untuk selalu memandang segala hal dari dua sisi, ya dari dia. saya belajar untuk research dulu sebelum ngomong, ya dari dia juga. lalu apa jadinya anak-anak kita nanti, kalo belajar dari orang tua yang penuh rasa benci dan demen banget memicu permusuhan?

Ya bayangin aja sendiri deh…

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s