Most Wanted Girl: Dinda

Gallery

“Orang itu enggak suka diminta, sukanya dikasih. Karena itu, kalo harus meminta, mintalah baik-baik..”

Itu quote mama. haha…hidup saya penuh wejangan dari mama, ya?

Tapi bener juga sih ya? Kita kan lebih suka dikasih daripada diminta, bukan?
**

Seharian kemarin, path saya isinya SERIUS BANGET. Itu loh, semua orang posting capture dari path seorang perempuan bernama Dinda. Yang isinya, tentang betapa kesalnya dia sama ibu hamil yang datang ujug-ujug minta dikasih kursi di commuter line.

Mita Agustina (Full)

Hehe..seharian kemarin saya gak mau berkomentar, karena saya punya pengalaman menyebalkan yang datangnya dari ibu
hamil, di bis.

Dulu, saat masih kerja dan berangkat dengan bis, saya juga kerap berhadapan dengan para pemegang kursi prioritas. Ibu hamil, ibu dengan anak, lansia dan orang cacat. Buat saya, berdiri dan memberikan duduk ya biasa saja. Banyak juga kok orang yang punya inisiatif demikian.

Tapi pernah sekali waktu, saya sedang gelantungan sambil dengar musik di tengah kemacetan, ada seorang ibu hamil yang datang dan berteriak “Woi hamil nih, kasih duduk dong…hamil nih hamiiiilll…” oke. Ditengah sumpeknya orang di bis 213, dia datang semena-mena dan teriak-teriak minta duduk.

Saya sih lagi berdiri, jadi gak bisa kasih duduk. Tapi saya enggak punya simpati sama sekali pada orang itu. buat saya, ini manusia aneh banget. Kalau merasa sudah berat hamilnya, merasa tubuhnya sudah lemah, ya usaha lah untuk berangkat lebih pagi. Atau mengakali jalur alternatif. Sebab 213 itu RAJAnya penuh. Mau gimana juga ya penuh, ngebut dan sumpek.

Dia meminta hak nya, dengan cara yang MENYEBALKAN. Mungkin ini ya yang dimaksud mama…

Waktu itu, saya mikir, apa sudah sebegitu tidak peduliannya warga Jakarta, hingga bumil ini harus teriak-teriak meminta duduk dengan cara yang cukup kasar. Apa sudah sebegitu kejinya orang, membiarkan perut gendut itu bergelantungan di tengah kesumpekan bis?

Tapi saat itu saya gak mikir panjang, dan terlupakan begitu saja.

Beberapa bulan setelah itu, saya yang hamil. Waktu hamil muda, hingga usia kehamilan 8 bulan, saya masih liputan di istana. Pos yang memaksa saya harus naik bis dari Bekasi. Hamil muda, naik bis. Lengkaplah penderitaan. Soalnya perut belom keliatan besar, tapi badan lemesnya bukan main.

Saat saya masih dalam posisi tersebut lah, akhirnya ketemu lagi dengan ibu hamil lain yang aneh. Usia kehamilannya mungkin sekitar 5 bulan, masa yang paling enak buat diajak liburan hehe..

Dia mendelesep masuk ke dalam bis yang penuh sesak, pagi hari itu. kemudian berdiri di hadapan jejeran kursi yang sudah diisi oleh para prioritas. Ada dua bumil yang perutnya sudah besar sekali, ada sepasang kakek dan nenek tua, serta ibu dengan dua anak kecil.

Bumil muda ini mengangkat alis. Ronanya nampak kecewa karena bingung mau menyingkirkan siapa. Sementara, untuk masuk lebih dalam, sudah amat sulit. Maka, dengan alis terangkat ia bertanya kencang “Gak ada yang mau ngasih duduk apah? Hamil nih!!” ujarnya sambil mengelus perut.

Oh tidak. Lagi-lagi.

Saya akhirnya menyender ke sisi luar bangku, memegangi perut dan berdoa semoga anak saya jadi kuat, tubuh saya diberikan kesehatan, dan semoga Tuhan menjaga mulut saya jangan sampe nyela atau bahkan berbuat hal yang sama.
Saya malu hati sendiri.

Sekarang ini, setelah punya anak dan tidak bekerja. Gantian suami saya yang naik moda transportasi umum. dia pulang pergi kantor dengan commuter line. Dan kisah ibu hamil yang teriak-teriak, memaksa duduk dan berprilaku aneh terus berulang dari bibirnya. “Sering sekali ibu-ibu hamil kaya begitu, kadang enggak mikir lagi siapa aja harus berdiri buat dia. lah iya kita ngerti sih dia capek, tapi kalo begitu terus tiap hari, ya belajarlah. Udah tau hamil, kan bisa berangkat lebih pagi, atau cari alternatif lain yang gak nyusahin diri sendiri. Atau nyusahin orang..”

Suami saya sih laki-laki muda ya, seumur-umurnya naik commuter line, ya enggak pernah ngerasain duduk kecuali pulangnya super malam. Tapi, dia kerap merasa risih dengan perilaku demikian.

Akhirnya terulang lagi pertanyaan yang dulu pernah ada di kepala saya. “Apakah warga jabodetabek sudah sedemikian tak pedulinya, hingga ibu hamil sampai harus memaksa, berteriak dan ngamuk ditengah kesumpekan orang, demi duduk?”
**

Sampai akhirnya Dinda menuliskannya di social media. *Puk2Dinda

Hehehe..

Sebenarnya kata-kata yang ditulis dinda, hampir sama dengan yang suami saya sering bilang, dan yang sering saya pikirkan.

Saya sedikit banyak cukup setuju dengan dia, bahwa bumil harusnya lebih sadar diri dan berusaha untuk lebih disiplin agar bisa dapat duduk. Sebab berjejalnya penumpang, membuat orang tidak lagi bisa berpikir waras. Lelah, terburu-buru, banyak pikiran, dan sebagainya membuat semua pekerja yang berdesak itu ingin merasakan duduk. Walau sebenernya duduk di commuter line yang penuh itu akan membuat penderita asma seperti saya kumat. Hehe..

Jangan mentang-mentang hamil, kemudian seenaknya. Apalagi sampai berpikir, “Saya hamil ini lah, nanti juga tinggal minta duduk sama orang” kemudian leha-leha berangkat siang, semaunya. Hehe..hamil sih hamil, hak sih hak, tapi kewajiban untuk memedulikan kepentingan publik kan juga harus dilakukan.

Sayangnya, cara Dinda menuliskannya di social media, sarat emosi. Alhasil, respon publik pun ikutan emosi. Jadilah nama dinda tercoreng seketika. Sampai ditulis di kompas.com segala, kemarin saya liat. Ckckck…

Semua orang menghujat Dinda, dengan menyebarkan capture path nya ke laman path masing-masing. Dengan komentar-komentar yang sama pedasnya dengan isi path dinda. Banyak yang jadi mencari Dinda. Kemudian path pagi ini isinya gambar-gambar yang mencela Dinda. Sayang sekali ya…

Dhani Chagi

Disini harusnya kita bukan saling menghujat. Tapi mempertanyakan, kemana pembuat kebijakannya? Kenapa moda transportasi umum harus terus menimbulkan masalah? Katanya harus ngurangin mobill dan motor, tapi kejadiannya kok kaya begini terus. Kenapa penerima hal prioritas di kendaraan umum masih harus bersikap keras dan marah-marah, karena tidak diperlakukan seperti prioritas.

Padahal, kehamilan adalah saatnya memberikan pendidikan awal pada anak. Saya baca disini, bahwa kebiasaan orang Yahudi, saat mengetahui dirinya hamil yang dilakukan adalah mengerjakan berbagai soal matematika. Bermain piano dan mendengarkan musik klasik. Boro-boro disuruh berjejalan di commuter line, untuk pergi kerja.

Contoh lain, kebijakan-kebijakan di Eropa untuk ibu hamil yang diberikan cuti sampai berbulan-bulan bahkan hingga satu tahun. Tetap diberikan gaji. Yakan..

Itu baru kebijakan untuk orang hamil, belum kebijakan untuk transportasi umum, yang mendukung juga. sebab bagaimanapun, ibu hamil harus sehat, karena dia berdiri untuk dua orang. Dirinya yang anak menjadi ibu dan membesarkan anak bangsa. Dan anaknya, tentu saja, yang harus dipilih pemerintah, akankan anak ini tumbuh sehat kuat dan akan berguna bagi bangsa, atau sekadar tumbuh dan sekadar hidup begitu saja.

Hayooo…

**
Tau gak? Waktu hamil, saya pernah loh berdiri di transjakarta. Hamil masih kecil, 4 bulanan. Udah mulai terlihat sih, tapi belom besar. Ada pria dihadapan saya yang nanya “Hamil ya mbak?”

Saya kegirangan ngangguk sambil mengiyakan. Kemudian, apa dia berdiri dan kasih saya duduk? ENGGAK. Dia Cuma ngangguk. Lalu apakah saya marah-marah dan meminta hak saya untuk duduk? Tidak juga. saya nyengir aja, inget kata-kata mama. dan saya terlalu malas untuk meminta, karena ilfil. (Ya Menurut looo…)

Yaudahlah ya, santai aja. Kalo marah-marah nanti anak saya jadi dengar, dan tumbuh dalam lingkup penuh emosi. Didoakan jelek sama orang. Ah enggak ah. Itu memang hak saya, tapi meminta hak tidak harus selalu dilakukan. Hak ya hak, nanti pasti Tuhan kasih kalo memang itu rezeki saya.

Sampai di pressrum wapres, saya ceritakan hal itu pada teman-teman wartawan. Dan semua terbahak, termasuk saya. “Salah lo min,,,harusnya lo jawab enggak, mas. Saya single. Pasti dikasih duduk…” hehehehe…

2 responses »

  1. orang hamil harus dikasih duduk lah, begitu juga lansia. itu udah masuk konvensi internasional aturannya. idiot deh si dinda.

  2. Betul mba. Masuk komuter line sekarang spt masuk rimba. Yg berlaku hukum rimba. Tinggal kita yg menentukan apa ingin tetap jd manusia…

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s