Anak naik fase (lagi) Ibu kebingungan (lagi) (part 1)

Gallery

Sebagai manusia yang demen nya sama kejelasan, saya mengalami kebingungan (lagi) sekitar dua pekan lalu. Hhhh…

Susah banget ye ngertiin tumbuh kembang anak. bener2 deh.

Dan akhirnya saya kembali terdampar di Klinik Psikologi Rainbow Castle, bertemu dengan Ibu Devi Sani, psikolog anak. Ya seperti tulisan saya sebelumnya ini dan ini, kali ini kebingungan saya lain lagi perihalnya. Karena kemarin itu si Abib tiba-tiba berubah jadi baper dan gak pede-an. ANEH BANGET.

Anak saya itu cueknya setengah mati, makanya dia cenderung santai bergaul sama siapa aja, meski baru kenal. Dia juga gak sensitif, dan percaya dirinya tinggi banget. Dia sangat suka sama tantangan dan hal baru. Iya, selama 4 tahun hidupnya sih gitu. Dan tiba-tiba berubah drastis di usia 4 tahun……3 bulan.

Yaelah, selisih 3 bulan aja, kelakuan udah beda lagi. gini2 amat dah.

Dan curhat sama teman-teman sih saya yakin gak akan bawa hasil signifikan. Udah gitu pasti nanti tebak2an. Oh mungkin gini ya, oh harus gini kali ya. aduh gak deh, saya gak sanggup lagi tebak2an. Hahahahhaa..baca buku, baca artikel di web, udah semua. Saya sampe borong buku dari open trolley, tentang ketakutan, percaya diri dll.

Tetep saran yang diberikan sangat general. Ini pertanda, saatnya berkonsultasi dengan profesional. Demi hasil yang spesifik dan perubahan yang nyata. Dan Alhamdulillah, iya sih kerasa hasilnya.

Bahan curhat saya banyak banget. Sampe 11 poin. Nah bayangin deh rasanya jadi Mba Devi ya, eneg kali dia dengerin saya nyerocos. Secara garis besar, saya nanyain; kenapa belakangan ini Abib takut banget nyoba hal baru? Kenapa dia jadi lama panasnya? Kenapa dia jadi takut sama persaingan dan gak mau ngerasa kalah? Kenapa dia kadang suka menolak untuk bareng saya? kenapa dia jadi sensitif, sering banget nangis bahkan untuk hal2 kecil yang ga penting? Moody?

Padahal sebelumnya enggak begitu. dan yang saya maksud sebelumnya itu adalah 3 bulan yang lalu. Mba Devi sih Cuma senyum, lalu nanya; dari keluhan yang terakhir (November 2015) sejak saya kesana itu, dijalankan gak sarannya? Lalu ada perubahan gak?

Nah, itu sih berhasil banget. Kan terakhir saya kesana karena mendadak jadi penakut dan sering ngamuk2 gak jelas. Setelah saya terapin refleksi perasaan, memberikan label untuk hal-hal yang dirasakannya, dan mengurangi pertanyaan, dia banyak berubah. Jadi lebih santai dan lebih kooperatif.

DSCF2087

Maka, untuk keluhan kali ini, Mbak Devi enggak lagi ngasih teknis bagaimana harus menanggapi Abib. Sebab, menurutnya, kali ini yang terjadi adalah; naik fase. Ia sudah melewati masa sulit usia itu, kini masuk ke tahapan selanjutnya. Yakni: MENANTANG LIMIT. *bunuh aja hayati di rawa2 bang*

Perkembangan anak, mencakup beberapa hal; perkembangan kognitif, emosi, dll. Nah, perkembangan kognitifnya terus naik, sementara perkembangan emosinya agak tertinggal. (masih ya, ini2 aja masalahnya, maaf ya bib emakmu ini susah banget disuruh pake perasaan) iya, saya emang udah menerapkan perasaan untuk mengatasi ngamuknya. Tapi, justru sekarang ini masalahnya ada di saya.

Saya yang gak bisa merasakan emosi saya sendiri. Saya yang terlalu kaku, dan pada akhirnya justru menempatkan abib pada posisi ‘musuh’ yang harus ditundukkan. Saya yang terlalu demen sama hal yang jelas-jelas ini, belum punya acceptance buat dia. saya kebanyakan peraturan, dan tidak ada buat dia di saat-saat sulitnya. Saya…..kaya robot. Sekian. Bye. Huhuhuhuhuhu

Sementara dia, sedang mengalami masa-masa sulit (lagi) dalam kenaikan tumbuh kembang kognitifnya kemudian jadi ngaruh ke emosi. Yang dia mengerti tambah banyak, dia sudah mengalami inferiority karena dia sudah mulai aware dengan peer group. Jadi, dulu, kalau dia diledekin teman, dia akan cuek aja. Karena pendapat peer, belum punya pengaruh dalam kehidupannya. Belum bisa bikin dia jadi malu atau gak pede.

Sementara sekarang sudah mulai masuk ke masa dia sedih kalo dapet reaksi negatif dari lingkungannya. (KENAPA CEPET AMAT SIH GEDENYA BIB, KIRAIN INFERIORITY ITU BARU TERJADI DI ANAK SD???) jadi sekarang rasa membandingkannya lebih hebat lagi. emosinya tambah kompleks. Maka pergesekan di fase ini pasti lebih banyak, karena sekarang jadi lebih banyak yang dia pikirin. Gusti..

Untuk poin ini, saran Mbak Devi adalah: cari tau lebih mendalam mengenai apa yang terjadi di lingkungan sekolah atau les nya. Apakah memang ada temannya yang bermasalah, atau pernah ada kejadian apa? Akhirnya saya mulai sering mancing-mancing, dan keluar juga sih. Katanya ada salah seorang kawan di EF yang suka jahat. Perihal ini sudah saya bicarakan dengan pihak EF, dan udah dapet tanggapan yang bagus banget. Ternyata anak ini emang suka ngisengin semua anak di kelas, gak Cuma abib. Dan mereka juga sering dinangisin. Hhhh…

Ok, balik ke konsultasi.

Lalu, Mbak Devi juga memberi saran untuk pengasuhan Abib. Ehem. Oke, menurutnya, sekarang sudah bukan saatnya bicara teknis ini itu, tips anu itu. sekarang saatnya saya yang ikut tumbuh bersama dia. saya harus sadar terlebih dahulu bahwa ini bukan hanya tumbuh kembang emosi dia, namun juga tumbuh kembang emosi orang tuanya.

Saya harus sadar bahwa sekarang saya udah harus tambah bijak. Saya harus move on dari luka-luka masa kecil yang pernah disebabkan orang tua saya, dan saya harus fokus pada rasa sayang ke anak. sebab biasanya, cara orang tua memerlakukan anak itu berkaitan erat dengan apa yang terjadi di masa kecilnya dulu. *brb *mewekdulu

Maka, poin pentingnya kini adalah: MEMBANGUN KONEKSI. Jreeeng..

Kalau anak terus menantang, dan tidak bisa diajak bekerjasama, ini harus diwaspadai. Jangan-jangan dia sedang kehilangan koneksinya dengan kita. Huhuhu..kalau Mbak Devi mengibaratkannya dengan saldo tabungan. Setiap anak punya tabungan relationship. Tabungan ini isinya cinta, kasih sayang, kepercayaan dirinya, keberhargaan dirinya, rasa percayayanya terhadap orang tua, keyakinannya bahwa saya-lah tempat teraman baginya di dunia yang keras ini.

Tabungan ini lah yang ia bawa terus hingga besar nanti, yang akan membuatnya selalu menuruti perintah orang tua, meski enggak berada disisinya. Hal yang membuatnya bisa menghindari hal-hal negatif dilingkungannya, bukan karena disuruh, namun karena ia tak ingin mengecewakan figur yang dicintainya. Tabungan ini indah dan penting sekali.

Luar biasa kan? Ada hal-hal yang bisa menyebabkan saldonya berkurang. Yakni setiap momen interaksi yang negatif dengan anak. Teriakan, ancaman, pukulan, jeweran, setiap kali kita lebih memilih cara keji ketimbang cinta dan kasih sayang sebagai cara agar dapat memberinya pelajaran. Sikap itu akan mengurangi saldo tabungan si buah hati. (sudah merasa tertampar?)

DSCF1765

Kemudian Mbak Devi juga ngejelasin: bagaimana cara menambah saldo dalam tabungan ini? satu-satunya cara adalah dengan menghadirkan suasana interaksi yang mengatas namakan cinta dan kasih sayang disetiap saat bersama anak. tidak dengan memenuhi setiap keinginannya, tapi dengan hadir dan membangun koneksi dengannya. Dengan cara ini, perlahan tabungan anak menjadi banyak dan ia semakin siap untuk menghadapi dunia kedewasaan dengan penuh moral.

Makanya, saya diminta untuk milih2 dengan seksama saat-saat yang penting untuk marah. Gak perlu semua hal jadi bahan omelan. misalnya mainan yang belum dibereskan, baju seragam tergeletak berantakan, makan tidak habis. Karena setiap momen yang dipilih untuk “diributkan” dengannya akan mengurangi saldo tabungan relationshipnya dengan saya dalam jangka panjang.

**

Seperti biasa, tulisan ini akan panjang, jadi saya bagi dua ya. maklumin deh, namanya juga curhat.

 

 

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s