Yang Kuat itu Lebih Baik..

Gallery

Siapa orang Indonesia yang enggak suka dipijat? Jarang ya kayanya…

Saya termasuk didalamnya, saya SANGAT SUKA dipijat. Dan saya enggak suka dipijat di tempat spa. Itu bukan dipijat, itu dielus-elus. LOL

Buat saya pijatan mpok-mpok pijat yang mau dipanggil kerumah dan bau minyak angin itu paling nikmat. Tangannya yang kasar karena biasa bekerja, aroma asyem-asyem keringatnya, dan yang paling menyenangkan adalah; mendengarkan dia bercerita.

Sekarang, langganan pijat saya dirumah adalah Mpok Mineh. Iye namanya sama dengan panggilan saya; mine. Hihihi..

Orangnya berisik, rame, demen ngobrol, tapi lucu. Khas banget orang Betawi. Suaranya kencang, dan kalau bicara apa adanya, tidak banyak pertimbangan. Saya lama-lama, bukan hanya ketagihan dipijit, tapi juga ketagihan mendengarkan cerita si Mpok.

Pijitannya enggak seenak bu Pono, tapi kisahnya lebih seru. Saya yang tadinya Cuma manggil dia sebulan sekali, sekarang jadi dua minggu sekali. Bahkan kadang seminggu sekali. Seneng liat dia, karena di matanya, hidup itu sederhana.

Usianya sekitar 50 tahunan, ya karena dia juga enggak tau pasti berapa usianya. Umum lah, buat orang kampung, karena gak punya akta kelahiran yang jelas. Baca jam aja dia  enggak bisa. Anaknya empat, sulungnya laki-laki, sisanya perempuan. Dua putrinya tersebut sudah menikah, ehem, saat usianya baru sekitar 11 dan 12 tahun. Drop out sekolah dasar, karena sudah punya pacar dan memutuskan untuk menikah. Begitu saja.

“Beda sama anak komplek, bu. Kalo kita di kampung mah emang begitu. goblok emang tu anak pada, kawin masih kecil, sekarang udah pada punya anak dua tu bocah. Bukannya sekola dulu, kan jadi pada kaga punya ijazah..”

Anak sulungnya belum menikah, tapi juga tak punya ijazah. Malas sekolah, dan sekarang bekerja di tempat cuci mobil yang selalu ramai pengunjung, di Taman Galaxy. Sekarang tinggal si bungsu yang masih sekolah di SMP. Satu-satunya anak Mpok yang punya ijazah SD dan sempat mengenakan rok biru tua ke sekolah.

“Yang Bontot mah mau saya bela-belain bu, gimana juga caranya, dia mah kudu sekola. Jangan kaya mpok-mpoknya yang pada goblok, kadang bisa baca tulis doangan mah paling banter juga kerjanya jadi tukang cuci gosok ya bu ya?”

Pertanyaan yang saya jawab dengan cengir meringis.

Suaminya, menurut Mpok, seperti kebanyakan orang Betawi, tidak bekerja. Jadi, kalo kata si Mpok nih, rata-rata dalam keluarga betawi, yang bekerja dan menafkahi keluarga adalah ibu. Dia juga yang memasak, membereskan rumah dan mengurus anak.

“Orang betawi mah emang gitu bu, males. Apalagi orang lakinya. Maunya ngendon aja dirumah, kerja berat jadi kuli kaga kuat. Suami saya tu bu, dirumah aja, paling bantu-bantu jadi makelar jual motor atau jualan burung. Ya kalo yang masih muda sih palingan ngojek dah. Jamak sih kalo cuman cuci mobil, jual buah dari kebon, ya gitu-gitu aja dah. Mantu saya juga kang ojek semua, itu bu. Ya orang kaga punya ijazah, mau kerja apaan lagi.”

Sebenarnya, ujar Mpok, orang betawi ini dulunya punya banyak tanah. Sekarang semua sudah dibeli developer dan jadi komplek atau mall. “Nah kitanya mah rebutan tanah aja dah, peninggalan orangtua. Mertua saya juga banyak noh tanahnya, tapi suami saya mah kaga rebutan. Dia mah orangnya pasrahan, jadi dapetnya cuman dikit. Tuh jadi rumah yang kita tempatin skarang di cikunir..”

Alhamdulillah Mpok, gak harus cicil rumah kaya saya. Haahahaha..*hapMingkem *NantiCurhat

Tetapi karena itulah, dia harus bekerja banting tulang keliling komplek untuk memijat, mengurut dan melulur. Sejak pagi sampai sore, kadang malam, dia masih saja keliling dengan sepeda tua yang bunyinya kriet kriet, cari pelanggan atau memenuhi order pelanggan. Kalau kata Raymond, si Mpok ini semacam rudal jelajah. Rutenya jauh. Hahaha..

Apalagi, mpok pijet macam begini kan kalo ditanya tarifnya, pasti menjawab; “Seikhlasnya aja..” artinya enggak ada tarif pasti. Berapapun yang ia dapat, ya diterima saja. Saya suka kasihan liatnya. Tapi senang. Sebab, dia kuat. Coba ya, sebesar apapun cobaan yang dia rasakan, dia menceritakannya dengan nada datar. Ekspresi yang keluar dari wajahnya, baik menceritakan hal menyenangkan maupun memilukan, tetap ceria.

Dia enggak pernah datang, kemudian bercerita hal sedih sambil meminta belas kasih. Dia datang dengan tegar, ceria, penuh semangat, suara lantang, dan wajah sumringah. Jadi, apapun ceritanya, tidak pernah terdengar seperti keluhan di telinga saya.

Orang-orang seperti Mpok ini, yang bikin hati saya selalu trenyuh dan kepengen melakukan banyak. Karena dia kuat. Coba deh, dari subuh buta kegiatannya setiap hari dimulai, dan berakhir malam hari saat semua sudah terlelap. Semuanya kegiatan yang bikin fisik lelah. Saya, lari dua jam tiap weekend aja mau pengsan.

Tapi dia enggak nge path, nge blog, twit atau isi status fesbuk dengan kalimat “capek banget” “exhausted” “butuh ME TIME” atau “pengen liburaaaaaan…”

Dia juga enggak menangisi kepedihannya. Atau memaksa orang agar ‘menikmati’ kehidupan pahitnya dengan unsur drama penuh airmata.

Orang kaya Mpok ini mungkin yang dimaksud Aburizal Bakrie dalam quote nya yang tak bisa terlupakan itu, waktu masih jadi menko kesra:

“Kalau kita lihat para korban itu masih ketawa. Jangan sampai dikondisikan seolah-olah dunia mau kiamat seperti yang televisi Anda (SCTV) katakan demikian,” kata Aburizal di Jakarta, Selasa (6/2/2007). (Ambil dari sini)

Ya? Kalo lagi kena bencana, harus selalu murung bro, biar orang kasian, jadi dapet banyak bantuan. Jangan tegar, jangan.

**

Menurut saya, orang kaya Mpok, yang tidak hidup dari meminta-minta belas kasihan ini lebih pantas mendapatkan bantuan. Modal usaha, beasiswa, atau kebon. Karena dia punya semangat juang.

Saya pernah nulis soal pengemis disini. Dan sekarang juga jadi ramai karena kebijakan Kang Ridwan Kamil yang kepingin mempekerjakan pengemis, dan gelandangan , namun ditolak.

625508_10201085686281260_942376946_n

Kebolak balik memang. Kita semua punya KEWAJIBAN memberi, sharing, membantu sesama, tapi rasanya, enggak random dan ngasal ya. Kan enggak semua dari kita harus melakukan pencitraan karena mau nyaleg atau mau nyapres, jadi ngasih bantuan kemana aja, asal keliatan baik. Ya kan?

**

The Whole universe, depends on everything fitting together just right. If one piece busts, even the smallest piece, the entire universe will get busted.

The entire universe , depends on everything fitting together just right. If you can fix the broken piece, everything can go right back.

When you’re small, u gotta fix what you can….

(The Beast of The Southern Wild)

2 responses »

  1. SUkaaaakkkk deh, Nyak sama tulisan ini.
    aye juga gitu, Nyak. Demenan dipijet ama yang tenaga kuli.. kalo di salon mah serasa dikitikin. Nah, sayangnya kesempatan dapet pijetan kek gitu cuma setahun sekali kalau lagi balik ke Indonesia tanah air beta 😀

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s