Bulan Ramadan taun ini, saya dikasi banyak rezeki dan kesempatan berbuat baik sama Allah SWT. Salah satunya adalah, dikasih sepasang bayi kucing yang belum bisa melek di depan pager. Heuuh..
Hari minggu (28/7) lalu, kami bertiga sampe rumah jam 10.30 malem, habis buka bersama keluarga. Entah darimana asalnya, ada sepasang bayi kucing yang saling berpelukan didepan pagar rumah. Tentunya lengkap dengan suara meong-meong yang super kenceng, khas bayi kucing mencari emaknya. Tadinya saya enggak mau megang, enggak mau liat, karena mikirnya, itu anak-anak kucing masih menanti emaknya yang lagi cari makan.
Tapi setelah meong-meong setengah jam, saya mulai gak tahan. Akhirnya saya dan Poe berkesimpulan bahwa bayi-bayi malang itu bukan sedang menanti indungnya, melainkan dibuang dengan sengaja kedepan rumah saya…
Sebab, sepanjang umur saya ngurus kucing, sebego-begonya induk kucing pasti meninggalkan anaknya ditempat tersembunyi yang gelap dan hangat, selagi dia cari makan. Gak usah kucing stray yang instingnya bagus, persia yang enggak bisa melahirkan sendirian aja, pasti punya naluri meletakkan anaknya di kolong tempat tidur atau di dalam lemari.
Sementara ini, tergeletak ngablak di depan pagar. Jadi, saya yakin bahwa anak-anak itu ditinggalkan di loteng rumah seseorang atau di lemari atau dimanalah yang dianggap mengganggu si empunya rumah. Maka, dibuanglah mereka ketempat yang kira-kira akan merawat mereka.
Cakep ya kamu. Saya doakan supaya kamu tidak merasakan kesedihan yang dirasakan bayi-bayi kucing itu. aaamiiin… hufftt
Kembali lagi kemalam itu. setelah melihat saya yang resah gelisah mendengar tangisan anak-anak bayi itu, Poe pun bilang “it’s your call, nyak…” hehe..dia pasti juga enggak tega, tapi engga tau harus berbuat apa dengan bayi-bayi yang masih sangat membutuhkan ibunya tersebut.
Well, ya sudah pasti, saya ambil mereka, saya bawa masuk, saya siapkan air panas dalam toples kaca, dan kain-kain bekas kucing-kucing saya dulu saat melahirkan di sebuah kardus kecil. Saya letakkan mereka disitu, sambil merasa khawatir dan super sedih. Badan mereka sudah dingin.
Sebelum sampai dirumah, saya baru saja belanja mngguan. Dan saya membeli satu kotak susu uht, entah kenapa. Padahal tidak ada makanan yang ingin saya masak menggunakan susu, plus, saya bukan peminum susu. Tapi saya membelinya. Ternyata, pertolongan pertama berupa susu uht itu dilahap habis oleh kedua bocah yang kemudian langsung tertidur pulas. Oh well, gak ada kebetulan ya di dunia ini…
Setalah semalaman minum UHT, besoknya saat petshop udah buka, saya membeli susu formula untuk bayi kucing. Tapi ngasih minumnya tetap pake spuit. Si sufor ini, ternyata nampak lebih baik buat mereka. Karena, mengenyangkan dengan mudah plus akhirnya mereka lancar buang air nya. Disini saya jadi bersyukur bisa ngasih ASI buat abib. Soalnya, sungguh malas, bangun malam kemudian bikin susu ke dapur. Hahaha…
Eeeniwei, Komitmen mengambil anak-anak kucing usia dibawah 10 hari adalah, siap menyusui mereka 2-3 jam sekali. Dan saya pun bangun sahur lebih awal, tidur juga jadi lebih malam. Sebenarnya, heu, ini adalah pengalaman PERTAMA saya merawat bayi kucing yang masih merah, tanpa induknya. Dulu, saat kucing-kucing saya masih produktif beranak, kadang mereka mengalami kelebihan anak. Misalnya, anak yang lahir 8-9 ekor, padahal puting susunya hanya 6. Untuk kasus semacam itu, yess, saya juga siaga 2-3 jam sekali untuk membantu si ibu menyusui.
Tapi, still, ada emaknya. Yang siap ngelonnin mereka, siap menjilati buang airnya, siap memandikan mereka dengan lidah kasarnya. Saya Cuma ngebantuin aja, biar semua dapat jatah susu yang sama.
Kali ini, saya benar-benar mengandalkan naluri semampu saya. Karena saya gak bisa tidur sambil ngebayangin ada anak-anak kucing di depan rumah saya yang menangis lapar dan kedinginan…*kemudianMewek
(Nyak, mioong pindah..kata si bocah yang bangun tidur liat kucing bayi-bayi ini dipindahin ke travelling bag 🙂 )
***
Saya bukannya hendak mengeluh. Saya Cuma heran, kenapa kejadian macam begini masih terus ada ya? Kucing, anjing, itu masih jadi hama. Masih melahirkan dan terus melahirkan tanpa jeda karena tidak dikebiri. Kemudian anak-anaknya bercecer, kadang tumbuh dan kurus serta penyakitan, kadang mati tak terurus.
Dan masih BANYAK orang yang bilang :”Kan kasian kalo dikebiri, mereka kan juga punya hak berkembang biak”
Kalo kejadiannya macam si bayi kucing depan pagar saya itu, kasian gak??? He?
*PenuhEmosi*
Saya pernah sih nulis soal kebiri disini.
Saya juga punya contoh. Tetangga saya memelihara kucing lokal, jantan. Waktu kecil memang cute banget dan gemuk, jadi dia pelihara dengan senang. Sejak awal saya udah bilang; “Nanti jantan kalo udah gede berantem loh, trus spraying-spraying saat mau kawin, jangan lupa dikebiri yaaa. Nanti kawin sembarangan, anaknya berceceran gak karuan”
Tapi jawaban dia: “Kalo dikebiri kan, kasian. Emang kucing enggak butuh kawin?”
Dan sekarang beneran aja kejadian. Kucingnya jadi jantan jagoan yang selalu pulang bawa luka, plus bikin rumah bau karena spraying dimana-mana. Buntutnya, tetangga-tetannga lain protes sebab kucing itu berisik dan mengganggu. Akhirnya? Dikandangin sepanjang waktu, di kandang yang ukurannya Cuma muat satu badan.
Lebih kasian mana?
Niat memelihara kucing lokal, baik sekali. Saya puji. Karena gak semua orang mau peduli dengan keberadaan mereka yang sekarang tak ubahnya tikus got. Tapi, populasi mereka sudah setara dengan hama yang harus dibasmi. Karena dimana-mana ada kucing, ada anjing. Dekil, kumel, kurus, dan penyakitan.
Pemerintah, yang sudah punya program vaksinasi rabies gratis per periode plus kebiri gratis kan sampe sekarang gak lagi kedengeran dengungnya. Jadi ya enggak bisa diharapkan. Gimana kalo dimulai dari diri sendiri? Pelihara mereka, beri makan, beri tempat berteduh (kalo enggak mau mereka dimasukin kerumah), jaga kebersihan dan kesehatannya plus KEBIRI dong.
Sekarang udah banyak kok dokter hewan yang mau kebiri murah, bahkan gratis. Dokter hewan langganan saya di pondok labu, drh Ida, siap melakukan steril gratis buat kucing lokal. Dokter hewan lainnya, drh nyomie di duren sawit juga memberikan harga SANGAT MIRING buat kebiri kucing lokal. Di bandung ada drh erwin yang juga siap memberikan fasilitas serupa. Saya yakin masih banyak..
Emang enak, lagi makan pecel lele diwarung trus digelendotin kucing buduk? Emangnya gak kesel, kalo udah siap masak, tau-tau ikannya digondol kucing? Itu akibat terlalu banyak kucing. Solusinya ya Cuma kebiri. Kalo jumlah mereka terbatas, tentu lebih mudah membaginya untuk satu rumah satu kucing. Kemudian menjaga kesehatannya dan memastikan kita, manusia yang maha agung ini, tidak terjangkit penyakit zoonosis dari mereka.
Ujung-ujungnya ya buat kita juga kok.
Saya punya jhonny dan catatouille. Dua kucing lokal yang saya pungut dan sekarang hidup bersama 3 ekor persia saya yang udah renta di dalam rumah.
Jhonny, saya pungut di masjid depan rumah waktu masih tinggal di otista. Waktu itu usianya sekitar 1 bulanan, belum bisa makan keras, tapi bisa makan ayam rebus. Sekarang, usianya sudah 3 tahun. Gemuk, aktif, sehat dan sudah dikebiri. Dia juga suka main keluar, tapi enggak pernah jauh-jauh. Dia suka sok-sok berantem, tapi sama kucing-kucing rumahan juga. karena kalo sama kucing liar, dia takut. Hahaha…
(Jhonny)
(Touille)
Sisanya, dia tidur dan gogoleran di teras rumah saya. Begitu juga touille, yang baru sekitar 3 bulanan ini tinggal dirumah. Tadinya dia sudah hampir mati di tempat sampah tetangga saya. Gak bisa jalan, dan gak ada suaranya. Skarang, nakalnya amit-amit. Dia belum dikebiri, karena menurut bu dokter, tunggu sampe usianya 5 bulanan.
Saya gak mau nambah kucing lagi, karena saya gak mampu melihara banyak-banyak. Saya punya bayi, dan banyak hal yang harus dikerjakan. Kasian nanti mereka malah gak keurus.
Tiba-tiba Tuhan kasih lagi rezeki 2 ekor kucing kecil. Heuh..
Ya kalo nanti mereka ternyata bertahan hidup, Alhamdulillah, saya akan serahkan untuk diadopsi lengkap dengan sudah dikebiri dan sudah divaksin. Jadi yang adopsi tinggal terima beres.
Tapi kalo ternyata Tuhan berkata lain, dan mereka gak bertahan hidup…
Seperti kata Lynea Lattanzio di lady with 700 cats ini, kalopun mereka harus mati, seenggaknya mereka mati dalam keadaan disayang, enggak sendirian di jalanan..
Pingback: Adopsi Kucing yuk… | My -FreeTime- Writing Domain
Drh ira pinfok labu alamatnya yg lengkap boleh tau?
drh ida, mbak. hmmm…alamatnya di komplak sebelah driving range pd labu situ. apa ya nama kompleknya aku lupa…
Aku mau kucing yang hitam putih