mama dan myelodispalstic syndrome

Gallery

Saya ingat momen pertama kalinya, melihat papa menangis.

Waktu dikabari bahwa eyang, ibu nya Papa, mengidap kanker stadium empat.

Saat itu, saya ingat betul, Papa menutup telepon dan menitikkan air mata. Ia terdiam, termangu menatap telepon rumah, dan menghela nafas.

Menit berikutnya, ia beranjak ke lemari buku, dan mengambil buku kecil berjudul “Cara pengurusan Jenazah” entah siapa penulisnya, entah apa penerbitnya, saya juga sudah lupa. Yang saya ingat dengan jelas hanyalah, untuk pertama kalinya juga saya bisa merasakan kesedihan yang Papa rasakan.

Saat itu saya, yang cenderung kaku dan kurang hangat ini, hanya terdiam menatap papa membuka halaman demi halaman buku itu sambil terus mengelap airmata. Momen itu terekam jelas sekali di kepala saya, karena hanya ada saya dan dia dirumah saat kejadian tersebut.

Saat itu, 1999, saya masih anak kelas satu SMA. Dan beberapa bulan kemudian, eyang putri benar-benar menghembuskan nafas terakhirnya, di hadapan saya, di kamar Rumah Sakit. Meninggal karena kanker rahim. Meninggal karena Allah sudah menghendaki Eyang kembali ke pelukannya…

**

Kemarin, Selasa (29/10), saya merasakan momen itu, lagi.

Kali ini, kabar sedih saya dengar tentang mama. Mama saya. Orang yang melahirkan dan mengurus saya sejak bayi sampai seterusnya.

Saat saya mendengar kabar penyakitnya, dari adik yang tinggal serumah dengan Mama, hal yang pertama ada di kepala saya adalah momen papa yang menangisi Eyang Putri dulu. Saat berjuta harapan rasanya sudah pupus dan realita seperti menabrak saya bertubi-tubi.

Tapi, reaksi saya tidak seperti papa. Saya hanya diam. Berusaha menutupi air mata dari Abib. Saya enggak mau menangis di depan Abib. Akhirnya saya ke dapur dan membuat puding (yang akhirnya jadi gagal, gak enak, dan berantakan..heu), sambil tersedu.

**

Papa itu, sepanjang ingatan saya tentang dia, yang enggak begitu banyak, sangat dekat dengan Eyang putri. Manja betul dia dengan ibunya. Apalagi Eyang kakung sudah meninggal sejak 1984, satu pekan setelah saya lahir.

Namun entah apa yang membuat Papa kehilangan semangat sejak awal. Apa yang ada di pikirannya? Mengapa tiba-tiba dia memutuskan untuk membaca buku mengurus jenazah? Realita? Atau enggak berani berharap?

**

Saat akhirnya punya waktu sendiri dan terdiam. Saya mengingat semua momen yang telah saya habiskan dengan Mama. Air mata turun lagi. Dada rasanya sesak. Pandangan rasanya kabur dan semua abu-abu, kelabu.

Tuhan, saya takut benar kehilangan dia. rasanya sampai kapanpun saya enggak akan pernah siap. Saya sampai message Poe: “I’m gonna lose her…”

Jawaban Poe, ternyata bikin saya bisa sedikit senyum: “Insya Allah masih lama nyak…kita coba ke dr Tan lagi ya,” katanya. Iya juga ya, semua mahluk Tuhan, pasti mati. Tapi jangan bikin kematian itu menyakitkan, begitu kata dr Tan Shot Yen.

Akhirnya saya mulai browsing soal penyakit mama. Myelodysplastic Syndrome (MDS). Hasilnya adalah begitu banyak artikel di web asing yang menceritakan bahwa si MDS ini adalah penyakit yang gejalanya mirip dengan leukimia. MDS memicu kelebihan produksi sel darah abnormal yang lebih banyak dari orang pada umumnya. Ledakan sel-sel darah tersebut berasal dari sumsum tulang. Jadi si sel-sel ini tidak berfungsi dan mengganggu produksi sel darah normal, menyebabkan penurunan jumlah sel darah merah, sel darah putih dan trombosit.

Akibatnya, tentu saja, orang yang menderita MDS mengalami anemia, sistem kekebalan yang terganggu. Mama, selama lima bulan ini turun berat badan dari 65 kg ke 40 kg.

Dari www.cancer.gov bilang, MDS adalah salah satu tipe kanker. Situasi medisnya adalah sumsum tulang tidak mampu memproduksi sel darah yang baik, dan ada pembentukan sel abnormal dalam darah dan/atau di sumsum tulang. Jadi, pada orang yang sehat, sumsum tulang memproduksi sel induk darah yang, seiring dengan waktu, berubah menjadi sel darah. Sel nduk darah ini bisa berubah menjadi lymphoid stem cell atau myeloid stem cell. Si lymphoid adalah cikal bakal dari sel darah putih, sementara si myeloid menjadi tiga tipe dari sel darah. Yakni:

  1. Sel darah merah yang tugasnya membawa oksigen kemudian mengalirkannya ke seluruh jaringan tubuh
  2. Trombosit yang membantu tubuh untuk menghentikan perdarahan
  3. Sel darah putih yang melawan infeksi serta penyakit.

Pada pasien dengan MDS, sel induk darahnya tidak berubah menjadi sel darah merah sehat, sel darah putih maupun trombosit. Sel darah yang diproduksinya, tidak bekerja sesuai dengan tugas sebenarnya. Sel darah tersebut biasanya mati setelah terbentuk di dalam darah, bahkan kadang, saat masih berada di dalam sumsum tulang belakang.

Yang paling mengerikan adalah, realita berikutnya dari mayocllinic.com

“Hingga saat ini, belum ada obat untuk MDS. Penanganan bagi pasien MDS biasanya terfokus pada mengurangi atau mencegah komplikasii dari penyakit tersebut. Atau biasanya, yang lebih efektif adalah TRANSPLANTASI SUMSUM TULANG…”

Kalo menurut artikel ini, sebagai artikel berbahasa Indonesia yang terlengkap tentang MDS:

MDS sering ditemukan pada pasien usia lanjut antara umur 60-75 tahun, dan pada sebagian kasus pada umur < 50 tahun; laki-laki sedikit lebih sering daripada perempuan. Keluhan dan gejala secara umum lebih dikaitkan dengan adanya sitopenia. Umumnya pasien datang dengan keluhan cepat lelah, lesu yang disebabkan anemia.

*sigh

**

Ok. Ternyata benar, kanker. Preleukimia. Penyebab belum diketahui, obat belum ditemukan. Dan hati saya yang tadinya sudah tegar, kembali tenggelam di tengah samudra air mata….

**

Akhirnya, hari ini saya memutuskan untuk main kerumah mama. tadinya Cuma mau main aja, ajak mama ngobrol. Seperti yang udah saya bilang, saya ini orangnya cenderung kaku. Saya agak sulit untuk bersikap hangat, memeluk, mencium apalagi menyatakan bahwa saya mencintai dan selalu mendukungnya.

Saya lebih ke teknis. “Mama, aku besok kesana ya, mau dibawain apa?”

“Mama, udah makan seladanya, aku bawain selada ya..”

“Ma, gimana rasanya? Semoga udah enakan ya”

“Aku pulang dulu ya ma, mama sehat2 ya..”

Kaya tamu gak gue? Heu…

Tapi dia kan mama saya. Dia pasti lebih ngerti isi hati saya, ketimbang siapapun manusia di muka bumi ini. Pasti dia ngerti banget, bahwa saya sangat sayang sama dia.

Ternyata tadi pagi mama message dan bilang “Nanti temenin mama ke toko kacamata aja ya. Kacamatanya udah enggak enak”

Akhirnya hari ini, saya dengan senyum sok kuat datang jemput mama dan antar mama beli kacamata baru. Sepanjang jalan, yang sialan pake macet segala, saya harus mendengarkan cerita mama dari awal tes darah hingga analisis dokter.

Awalnya saya pengen banget nangis, tapi lama-lama enggak. Kenapa?

Karena mama menceritakan semua itu sambil tertawa.

Dia bercerita dengan tenang, seperti dulu setiap pulang kantor dia menceritakan harinya. Dia menceritakan bahwa dokternya menepok jidat saat membaca kertas hasil tes lab, dan bilang”Aduh MDS lagi!” kata-kata selanjutnya adalah “Mama kaget, kenapa emangnya dengan MDS? Ternyata malahan penyakit yang lebih bahaya daripada leukimia karena belum ketemu obatnya..wah dasar bodo deh mama. begitu liat sendiri hasil tesnya, yang leukosit normal, malah bilang alhamdulillah bukan leukimia…hahahaha”

*KetabrakTruk*

Lah ini yang sakit malah cerita dengan girang. Padahal kemarin saat ngobrol sama adik, kami memaki-maki dokter itu, yang semena-mena banget bilang penyakit ini belum ada obatnya. Kami membayangkan apa rasanya jadi mama, sudah sakit, divonis demikian.

Ternyata, dia malah terlihat lega. Ya belom ada perubahan dalam fisiknya, dia juga masih geliyengan dan susah jalan. Tapi, dia terlihat lebih ceria. Kelihatannya, dia merasa lega, akhirnya ketauan juga ini penyakit apa. Sebab sejak awal dia sakit, 5 bulan an yang lalu, menjalani tes ini tes itu, belum juga ketauan apa penyakitnya. Akhirnya hidup mama penuh ketidakpastian dan kebingungan, apa tindakan yang harus diambil, karena penyakitnya memang aneh. Anemia, tapi jumlah zat besi berlebih. Berat badan merosot jauh. Kuping berdenging.

**

Akhirnya sisa perjalanan tadi, saya banyak ngelamun.

Iya ya, saya ini bisa jadi orang yang hangat, tapi kepada orang yang fragile. Yang lebih lemah dan lebih cengeng. Saya enggak terbiasa hangat sama mama, karena dia JAUH LEBIH KUAT daripada saya.

Dia bukan orang yang mudah menyerah. Semangat hidupnya tinggi. Daya juangnya sempurna. Dia yang selalu kasih saya semangat. Dia yang selalu kasih solusi buat semua kesedihan saya. Dia yang selalu menghancurkan ketakutan saya pada film horror dengan bilang: “Alaaah itu kan di set film, banyak kru nya, ada sutradara. Diboongin aja mau…”

Masa yang sakit aja punya semangat juang, saya nya malah mewek.

mamahabib

**

Akhirnya saya buang jauh-jauh momen Papa yang patah semangat sejak awal.

Mungkin ini titah Tuhan untuk saya, agar mengerti sebagian kecil rasanya jadi mama dulu. Menghadapi saya, yang sejak kecil sampe remaja, kerjanya bolak balik rumah sakit. Menjalani profesi sebagai ibu dari anak yang pernah hampir kehilangan nyawanya, karena enggak sayang sama badan sendiri.

Saya harusnya lebih kuat dong. Saya yang tugasnya semangatin mama. saya yang seharusnya jaga pola hidup mama. Saya yang wajib ada buat mama.

Oke Ma, mari kita coba upayakan semuanya. *SusutAirMata*

**

Minta do’a nya ya…

14 responses »

  1. Baca ini sambil bayangin emak dan mertua yang udah sepuh..
    Semoga diberikan yang terbaik ya Yasmin. Terus dukung orang tua dan bahagiakan di masa tuanya.
    Turut mendoakan dari sini:)

  2. Yasmiiiin..*Peluuuuk
    Lama ga denger kabar dr lo,tau2 ada tulisan ini..Smg tante dberikan kesembuhan,kesembuhan yg tdk dsertai rasa sakit, smg beliau dberikan kkuatan,ksabaran dlm mhadapi ujian ini..​‎​​آمِيّنْ يَ رَ بَّلْ عَلَمِيّنَْ
    Smg lo n keluarga jg dberikan ksabaran,kkuatan dlm mendampingi beliau 🙂
    Tp yakin kok, اَللّهُ pasti ksh ksembuhan,krn ga ada penyakit yg ga ada obatnya, itu udh janji اَللّهُ

    Gw jd inget nyokap gw yg saat ini jg ddiagnosa ada myom n ibu mertua gw yg اَلْحَمْدُلِلّهِرَبِّالْعَالَمِيْ baru sembuh dr stroke ringan .. Semoga para Ibu d manapun selalu dberikan ksehatan n dlm lindungan اَللّهُ .. ​‎​​آمِيّنْ يَ رَ بَّلْ عَلَمِيّنَْ

    Sampein salam dr gw n ardy ya utk nyokap 🙂

    *peeluuuk dr gw n ardy 🙂

  3. huhu sedihnya..:(, gw baca pun mewek.. semoga diberikan yang terbaik yah, salam kenal dari gw, 🙂 suka baca semua tulisan blog lu.. , maaf baru kali ini posting komen..Semangat yaaaah.*hugs

  4. hai mbk, kisahnya sanggat mendalam buat saya.. skrng apa kbr mamanya?
    mungkin perasaan mbk dulu gak jauh beda dengan saya saat ini, mamak saya juga divonis demikian oleh dokter bbrpa waktu lalu. sampai skrng kami masih berupanya penyembuhannya, walaupun memang dibilang penyakit ini gak ada obatnya. tapi saya berusaha kuat, karna saya yakin setiap penyakit itu pasti ada obatnya. insya Allah, saya bakal berusaha semampu saya..

    • hai mas.

      mungkin ada waktu baca tulisan saya setelah tulisan ini? hehe..

      mama sudah enggak ada sejak tahun lalu. bukan MDS yang jadi penyebabnya, tapi secondary infection; infeksi paru. ya, sudah waktunya aja mungkin ya.

      semoga Allah selalu kasih yang tebaik untuk mama dan seluruh keluarga ya mas. keep on fighting against cancer :))

      • Mbak….
        Ibu saya juga…april 2017 di bmp hasilnya mds. Sampai sekarang mds nya membaik karena hb nya selalu normal dan tidak pernah tranfusi sejak desember 2017 lalu.
        Tiba2 juni kemarin positif hepatitis b.
        Padahal sebelum transfusi desember 2017 masih negatif. Saat ini masih terapi hepatitis b, tiba2 masalah baru muncul lagi. Minggu lalu batuk darah, hasil ct scan ternyata infeksi paru2.
        Mbak bisakah kita komunikasi, saya perlu info terkait pengalamannya dengan infeksi paru. Trm kasih

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s