Biasanya, kmampuan saya bercerita tentang rasa cukup baik. Sayang belakangan, saya agak kehilangan itu. Entah kenapa. Beberapa perjalanan keluar kota bahkan keluar negeri yang saya lakoni belakangan, tak juga berhasil membuat saya endapkan udara, bau tanah dan semilir angin ke dalam tulisan. Bahkan, saya tak berhasil menggapai target yang sudah saya buat untuk sebuah cita-cita. Menulis dengan rasa.
Belakangan, saya hanya mampu menulis berita. Berita asal. Asal dapat, saya tulis. Sedikit upaya dan tanpa rasa. Sisanya, saya mencoba mengais-ngais rasa yang seperti hilang dari raga. Sedih juga. Saya kehilangan.
Begini, bukan berarti saya gak pernah mencoba. Sumpah, saya terus mencoba. Boleh liat bukti di kumpulan tulisan di handphone cerdas saya. Saya gak pernah berhenti mencoba, tapi semua tulisan yang saya coba kerjakan dengan rasa hanya berhenti di paragraf kedua, dan saya gak bisa menyelesaikannya. Saya coba nonton film, baca novel, berbagi dengan orang-orang, tapi bukan rasa yang saya dapat. Saya malah dapat teori konspirasi, upaya menggulingkan pemerintahan, keluhan soal negara, makian, hinaan, dan semua jadi terasa datar.
Akhirnya saya berdoa. Minta sama yang punya segalanya. Saya minta tolong dengan air yang menyembul di ujung kelopak mata. Tolong kembalikan rasa di jiwa saya. Saya benar-benar kehilangan.