how to train your…

Gallery

(From FB’s note, april 4 2010)

The beautiful people, the beautiful people
It’s all relative to the size of your steeple
You can’t see the forest for the trees
You can’t smell your own shit on your knees
There’s no time to discriminate,Hate every motherfucker
That’s in your way

Hey you, what do you see?
Something beautiful, something free?
Hey you, are you trying to be mean?
If you live with apes man, it’s hard to be clean

The worms will live in every host
It’s hard to pick which one they eat most
The horrible people, the horrible people
It’s as anatomic as the size of your steeple
Capitalism has made it this way,Old-fashioned fascism will take it away..(Marylin manson-beautiful people)

***

Nyengirnya poento menyambut saya pulang ke rumah beberapa waktu lalu. Tapi saya, ga sempet balas nyengirnya dan langsung menangis.

Menangis sampai lidah jadi kelu.

“Tadi gue abis liputan bukunya OC kaligis ttg korupsi bibit-chandra. Eneg banget. Ini maunya apa sih orang2? Dibawa kesini dibawa kesana. Kapan sih mereka punya waktu buat mikirin perut rakyatnya yang laper?”

Begitu keluh saya yang cuma dijawab poento dengan senyum. Lama2 saya jijik. Kalo poento bisa tinggal matiin tivi dan buang koran atau ga baca berita online. Kalo saya? Harus ngeliat itu semua live depan mata saya. Semuanya ini udah kaya perang dewa2 di langit, kaya cerita hercules. Kita yang dibawah, ga tau apa2 sama sekali. Cuma denger geledeknya, cuma ngerasain hujan anginnya, a.k.a cuma ngerasain imbas buruknya dan ga dapet apa2 dr itu semua.

Those beautiful people and their acts..cari popularitas, cari uang, cari kedudukan, cari kursi, cari apa aja yg bisa dicari. Pencari-carian itu gak cuma terjadi di kalangan para “dewa” tapi juga di kalangan para “seniman”. Terakhir, saya nonton tiga manusia yang biasanya dikenal jadi MC yang ngelawak (atau pelawak yang nge-MC?!) Ujug2 bikin band yang dinamain The cash. Musik ngasal, performance ga bagus, tapi bisa dapet platinum. Well, kita taulah apa yang dijual. Padahal, saya sengaja nonton bawa harapan. Setidaknya masih ada seniman yang bisa mengalunkan nada yang jenius di bumi indonesia. Karena saya gak bisa. Dan gak mau juga terjebak sama indahnya industri di setiap lini. Politik, hukum, ekonomi olahraga, media, sampai seni, semuanya masuk ranah industri.

Semua fakta itu seperti menumpuk di kepala saya dan meledak begitu aja dalam tangis. Karena itu, saya seperti mengamini lagu si manson dalam kejadian yang terlihat nyata di depan mata. Sayang, saya masih masuk dalam golongan No action talk only. Karena saya belum berhasil membuktikan apapun.

Tapi Tuhan seperti kasih saya secercah semangat dari film anak-anak yang tampilan gambarnya ciamik sekali, how to train your dragon. Rangkaian kisah yang lucu itu sukses menampar saya. Bahwa ada seorang anak kecil, tak berotot, tak sama dengan golongan viking yang gagah berani, tapi berhasil mendamaikan kejadian demi kejadian buruk di desa mungilnya. Hiccup. Dia gak pernah dipasang dalam jajaran prajurit melawan naga, yang kerap mengembat ternak milik rakyat. Padahal bapaknya adalah kepala suku. Sampai akhirnya, alat yang dirangkainya dengan perhitungan matang berhasil menjerat seekor naga yang sebelumnya paling ditakuti. Night fury.

Seperti tak mengalir darah gila viking dalam dirinya, ia urung membunuh si naga dan malah mengurusnya. Merawat, ngasih makan sampai membuatkan sayap kecil palsu di ujung ekornya yang patah. Hiccup dan night fury, yang dia kasih nama toothless itu menghabiskan waktunya berdua, terbang dan terbang menjelajah angkasa. Sampai akhirnya ia terjebak harus masuk ke dalam sangkar para naga. Ternyata, didalamnya sebuah fakta terungkap. Ternak yang selama ini dicomot, semuanya untuk diberikan kepada naga yang luar biasa besar dan hidup dalam golak lahar panas di dalam gunung. Jadi selama ini, naga2 yang dibunuh dan ditangkap oleh kaum viking, hanya bekerja untuk memuaskan hasrat si naga besar, untuk melindungi dirinya dan bahkan para manusia di desa ayahnya hiccup.

“Semua yang kita tau tentang kalian adalah salah.” Gitu kata hiccup.

Sampe akhirnya, seluruh manusia di desa itu tahu bahwa hiccup pernah datang ke sarang naga yang selama ini dicari-cari. Tanpa pertimbangan matang, tampa mengindahkan peringatan hiccup, si pemimpin pemberani mengajak seluruh jajarannya untuk ngancurin sarang naga. Tapi apa yg dia dapet?musuh yang terlampau besar dan malah bisa menghabisi semua rakyatnya. Saat itulah, seperti harusnya film bocah, dengan pertimbangan matang dan cepat tapi gak grasa grusu hiccup bareng teman2 ABG nya serta naga-naga yang dikearangkeng di desa untuk latihan perang anak muda bertubi2 menyerang si raksasa. Sampai mati. Dan manusia plus semua naga hidup rukun di desa itu.

***
Mungkin begitulah hidup. Menilai salah akan sesuatu. Grasa grusu. Sibuk memperhitungkan rencana menghancurkan musuh tanpa pernah mengenal siapa musuhnya, dan gagal maning. Tak mengambil pelajaran. Tak mendengar suara minoritas. Otot jadi lebih penting dari otak, dan mengeluh seperti yang biasa saya lakukan. Mungkin benar kata mama, berani aja gak cukup. Apalagi keberanian yang cuma bisa menyulut kemarahan. Lakukan dulu hal yang kecil dari diri sndiri, jadiin itu pelajaran, berusaha lebih baik tiap hari, dan buktikan. Iya, buktikan, kalo kita gak peduli dewa2 itu mau ngapain selama gak ada urusannya sama rakyat, dengan mengusahakan hal terbaik yg bisa kita lakukan. Ga usah sibuk marah, protes dan mengeluh kaya saya.

Karena, orang yang kuat dan hebat itu bukan orang yang teriak paling kenceng…

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s