erase me,erase me not..

Gallery

(From FB’s note February, 16th 2010)

Pernah nonton eternal sunshine of the spotless mind (2004)?

Bagus. Kenapa? Karena..
1. Jim carrey terlihat sinting dengan menjadi seorang laki2 yang di matanya menggelayut kesedihan
2. Sebuah ide fantastik yang bener2 segar! Gak pernah terbayang di kepala, kalau ada manusia gila yang kepikiran untuk bikin film sepasang kekasih yang berantem, putus dan datang ke klinik yang punya mesin buat menghapus ingatan seseorang tentang satu subjek yang ingin dilupakan..itu satu. Gilanya lagi, penonton dipaksa buat ngerasain kesedihan seorang cowok yang awalnya gak tahan sama sakit hati, trus merasa dihapus oleh mantannya (krn surat dr klinik sebagai announcement bahwa dia telah dilupakan, dibacanya) dan memutuskan untuk menghapus semua memori soal perempuan yang sebenernya masih dia sayang. Tapi selama proses penghapusan ingatan berlangsung, dia berusaha keras supaya gak satupun ingatan itu lepas dr kepalanya..ditambah konflik, petugas klinik yang mencuri serpihan memori untuk mengambil hati perempuan itu. Dua jenius Charlie kauffman yang menulis dan michael Gondry yang menyutradarai, rasanya harus mempertanggungjawabkan karena bikin saya merasakan kepedihannya dihapus atau terpaksa harus menghapus…

Dihapus..

Terpaksa menghapus..karena harus, bukan karena mau..

Huufff..

“Please let me keep this memory,” kata Joel di film itu. Kata-kata yang sama, waktu saya memohon pada dua perempuan galak yang bantu saya beresin kamar, intan dan dada. Waktu mereka suruh saya buang2 semua benda yang di mata mereka gak berharga. Saya si maniak memori, gak mau buang itu semua. Kenapa? Karena semua benda, sampe yang kecil-kecil itu ada kenangannya dan saya pelupa. Saya gak bisa mengingat banyak hal kalau gak liat atau denger dan nyatet. Jadi alhasil, kamar saya penuh sampah. Sampah buat orang lain, memori buat saya. Saya gak suka dihapus karena saya nyaris gak pernah menghapus. Ya..selama ini perdebatan saya dan poe soal melupakan dan menghapus belum pernah mencapai sebuah kesepakatan. Dia, lebih senang melupakan, meninggalkan dan langsung secara ekstrim menghapus orang yang dianggapnya tak lagi penting dalam dunianya dari mulai handphone, YM, facebook, sampai semua memori ttg org itu. Saya? Saya gak mau. Saya gak mau menghapus siapapun. Tentu beda kalau tak sengaja, misalnya hp saya ilang dan otomatis sy kehilangan seluruh phone book. Buat apa? tanya poe. Saya gak tau. Buat saya, semua manusia di dunia ini ada nilainya. Buat saya setiap tatapan mata dan memori, sudah bikin saya belajar.

Sayangnya, entah kenapa, saya beberapa kali dihapus dari friend list seseorang. Entah kenapa, tak semua orang selalu menyimpan nomor saya. Tak semua orang langsung mengenali wajah saya, apalagi kalau sudah lama tak bertemu. Dan.. Emang bener, rasanya gak enak. Aneh rasanya, kalo orang yang biasa komen2 sekarang tiba2, harus add a friend. Aneh rasanya, saat sms, org itu bales dengan “siapa nih?”. Aneh juga rasanya, saat berpapasan, harus melengos dan pura2 gak kenal. Sesakit apa sih hati manusia, sampai harus menghapus?? Sesalah apa sih orang lain sampai harus dilupakan? Bisa semarah apa sih kita sama teman? Rasanya menghapus- buat saya- tetap hal yang gak menyenangkan. Apalagi dihapus…

Kalau marah, ya hapus kesalnya. Kalau sakit hati, ya hapus dukanya. Kalau kecewa, ya hapus kepercayaannya. Kalau tak bisa jalan bareng lagi, ya hapus keberadaannya. Bukan orangnya, bukan memorinya, karena-buat saya- people change, dan memori, semenyedihkan apapun, kalau lukanya sudah sembuh nanti, akan menjadi hal yang mengingatkan dan bahkan bisa jadi pelajaran berharga. Ya gak taulah, saya gak menghakimi siapapun disini. Itu buat saya, menurut saya, penilaian saya. Dan bukan gak mungkin suatu hari nanti saya juga berubah, dan menghapus.

Saya cuma gak mau punya dialog seperti ini dengan memori di kepala saya:

Clementine : I wish you’d stayed.

Joel : I wish I’d stayed, too. NOW I wish I’d stayed. I wish I’d done a lot of things. I wish I’d… I wish I’d stayed… I do….

Jadi dalam perdebatan antara saya dan poe tentang hapus2an ini..masih belum ada titik temu. Hehehe..atau mungkin sampai mati pun tak harus ada titik temunya. Saya senang menyimpan teman dan memorinya, menjaga teman dan memori ttg dia, sementara poe senang menghapus. Ya sudah itu, biarkan begitu.

Kalo kata Mary di film dahsyat itu..
How happy is the blameless vestal’s lot! The world forgetting, by the world forgot. Eternal sunshine of the spotless mind! Each pray’r accepted, and each wish resign’d….

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s