Ibu: Hidden Architect

Saya sering dikomentarin, lho. Masa sih ADHD kaya kamu gini? Thrive, bisa jadi pemimpin yang bahkan bisa ngatur jadwal, set-priorities, semua tetap on track, dan bisa cukup teratur dalam keseharian. Emang ADHD bisa kaya gitu?

Bisa.

  1. Atur jadwal pake segala rupa apps, dan bikin reminder berlapis Dimana-mana, termasuk di kertas yang ditempel juga, jadikan habits, sehingga bisa otomatis.
  2. Punya personal Assistant yang jago kaya Diga
  3. Punya mama kaya mamaku

Alasan ketiga Adalah core-nya, karena tanpa mama yang membiasakan saya dengan berbagai kedisiplinan yang dilakukan dengan menyenangkan dan cara yang mudah untuk dilakukan- one step a time – itu, saya gak akan bisa juga mikir terintegrasi dengan mempersiapkan apps, dan hire personal assistant sebagai prioritas kehidupan.

Kalau ada ibu yang sibuk setiap hari jadi pemimpin jadwal di rumah, menyiapkan sistem kerja satu rumah, dan selalu hadir untuk menunjukkan sayangnya, mungkin dimata kita jadi hal yang biasa aja, karena ya sepertinya semua orang melakukan itu. To many, these seem like ordinary moments, unremarkable acts of daily care. But what if I told you that in these seemingly simple interactions, mothers are quietly architecting the future of our nation?

Manusia yang mampu membentuk masa depan: Hasil belajar dari berbagai Biografi dan Autobiografi

Saya suka sekali baca buku mengenai kisah hidup orang, makanya hobi baca buku biografi dan autobiografi siapa aja. Musisi, presiden, raja, perdana Menteri, CEO, pemimpin organisasi, siapa aja deh yang sekilas ceritanya bisa bikin saya merasa kagum, pasti penasaran pengen baca cerita lengkapnya.

Nah, karena saya suka baca, jadi menemukan, kok ya banyak orang-orang yang punya dampak luar biasa di dunia ini yang ternyata waktu kecilnya Adalah anak yang dibesarkan dengan sangat baik oleh ibunya. Didukung, disemangati, dan dipercaya. Mereka punya ibu yang percaya sama mimpi mereka, dan gak pernah nyerah dalam membersamai mereka.

Apalagi kemudian saya baca buku “The Three Mothers” yang ditulis sama Anna Malaika Tubbs. Cerita tentang ibu dari Martin Luther King, Jr., Malcolm X, dan James Baldwin. Di era itu, perjuangan besar kan ya membesarkan anak yang bisa punya dampak besar seperti tiga orang tersebut. Jadi Perempuan aja udah susah banget kayanya, ini lagi Perempuan kulit hitam.

Tapi tiga ibu ini bisa lho menurunkan pengetahuan ke anak-anaknya dengan harapan supaya anak-anaknya ini bisa survive di society yang pada masa itu (atau sebenernya masih sampe sekarang?) mengesampingkan humanity, terutama untuk orang kulit hitam.

Hasilnya? Kita kenal ya sama tiga manusia yang ternyata bukan Cuma survive itu, tapi thrive! Bahkan bisa ngajak orang banyak untuk sama-sama melakukan perubahan besar di dunia ini.

Trus jadi penasaran banget kan, kok ibu dampaknya bisa sebesar ini ya?

The science of Shaping Tomorrow

Jadi penelitian soal neuroscience udah membuktikan bahwa kualitas dari interaksi dengan ibu itu bener-bener berpengaruh sama tumbuh kembang otak anak. Ada nih, penelitian Dr Allan Schore yang menyatakan bahwa emotional attunement dari ibu di dua tahun pertama kita sangat membentuk hal utama yang emang harus dibentuk di usia dini: kapasitas otak untuk regulasi emosi, empati, dan resilien.

Ketika ibu memberikan respon yang konsisten dan penuh cinta untuk setiap kebutuhan anak, itu tuh bukan hanya memberikan rasa nyaman tapi justru bikin jalur neural yang akan menjadi bekal anak untuk menangani stress, membentuk hubungan, dan membangun Keputusan berdasarkan moral yang akan dipakai seumur hidup.

Penelitian dari Harvard’s center on the developing child juga membuktikan bahwa anak-anak yang punya kemelekatan dengan rasa aman sama ibunya, biasanya menunjukkan performa akademis yang lebih baik, keterampilan kepemimpinan yang kuat, dan kecerdasan emosi yang jauh lebih baik dibanding orang lain, sepanjang hidupnya.

WHO juga sudah confirm, bahwa Kesehatan mental ibu, dan ibu yang berdaya itu secara langsung terkorelasi dengan perkembangan kognitif sampai ke kesuksesan anak di masa depannya.

Sayangnya, di dunia, dan di Indonesia ini, kita sering banget lupa ya bahwa peran ibu tu sehebat itu. Seringnya dianggap “Cuma ibu”, apalagi kalau hanya memperkenalkan “jabatan” nya sebagai seorang ibu, bukan CEO Perusahaan, pimpinan organisasi, atau jabatan-jabatan professional lainnya. Biasanya enggak didengar tuh, suaranya.

Pola yang (seringkali) tersembunyi: Pemimpin yang hebat, punya ibu yang “hadir”

Coba deh cari video-video Jane Goodall di sosial media, sering sekali Ia cerita tentang ibunya yang bisa-bisanya percaya sama anak Perempuan, di masa itu, dengan cita-cita jadi scientist dan pengen meneliti primate di hutan. Ucapan yang terkenal banget dan sering diulang sama Jane, dari ibunya, Adalah: “Jane, if you really want something, and if you work hard, take advantage of the opportunities, and never give up, you will somehow find a way.” Kita sama-sama kenal kan ya Jane Goodall, hingga meninggal di usia 90-an itu kaya apa..

Einstein deh, dia itu waktu kecilnya “aneh” banget, lalu kerjanya nanyaaaaa terus, karena segala hal selalu membuat dia tertarik. Ibunya Einstein, Pauline, Adalah seorang Musisi yang emang berupaya keras untuk memfasilitasi anaknya dengan kreativitas dan keingintahuan tinggi.

Kegemaran saya deh: Gallagher’s brother. Iya, mereka rock and roll stars yang pernah menghabiskan masa muda hidupnya dengan pesta, dan drugs. Tapi, ibunya ini ngasih contoh besar, lagi-lagi di masa itu, bahwa Ia berani meninggalkan suaminya yang abusive untuk membela anak-anaknya. Ia kerja di banyak tempat supaya bisa memberikan kebutuhan anak-anaknya. Mereka mungkin bukan contoh kaya Jane atau Einstein, tapi duo bersaudara ini, enggak mati karena drugs atau bunuh diri. Mereka bikin lagu yang liriknya bisa bikin orang lain semangat, dan enggak merasa desperate sama kehidupan, padahal mereka hidup di tengah kemiskinan dan kekerasan.

Kalau dibahas, contohnya masih banyak banget. Buat saya sih ini AJAIB BETUL.

Namun miris, karena MASIH ADA BANYAK BANGET IBU YANG MERASA PERANNYA ENGGAK PENTING! Ya Tuhan! Saya menghadapi ratusan ibu setiap hari, mendengar betapa mereka merasa bahwa mereka ini enggak penting, merasa bahwa mereka ini hanya bertugas menjadi ibu, atau ya harus bekerja, hanya begitu saja.

Padahal, prestasinya banyak sekali ibu ini luar biasa. Ibu-ibu ini kan Perempuan ya, memang dasarnya secara cara kerja otak pun bicaranya lebih banyak, dan lebih suka berbagi. Maka BANYAK SEKALI ibu yang setiap punya pengetahuan sedikit lebih banyak dari yang lain tu langsung dibagi, langsung dengan senang hati mau ngajarin orang lain.

Sayangnya sistem ini membuat mereka jadi tidak berharga. Sekarang coba deh kita renungkan, kalau ibu-ibu ini aja enggak percaya sama kemampuan, kecerdasan, dan memahami betapa penting perannya, bagaimana mereka bisa mengajak anak-anaknya untuk terus semangat melakukan perbuatan baik dan benar. Bagaimana mereka bisa menjadi madrasah pertama untuk anak-anak, jika mereka terus-terusan percaya bahwa harga dirinya hanya dapur dan Kasur?

Mendukung Ibu artinya Mendukung seisi Dunia!

Bulan ini, Peri Bumi menutup rangkaian pelatihan IBU ASAKA 2025 dengan memberikan para ibu ini untuk demo day project-projectnya. Saya mengundang dua sobat saya: Rendy Aditya Wahid (Parongpong) dan Ahmad Zakky Habibie (Sekarang banyak terlibat di pembuatan kurikulum pemerintah). Sepanjang acara keduanya mengirimkan pesan singkat ke saya dan mengatakan betapa bangganya mereka melihat para IBU ASAKA yang mampu menciptakan project yang sangat sesuai kebutuhan warga.

Keduanya mengucapkan terima kasih ke saya karena selalu dilibatkan dalam kegiatan IBU ASAKA, dan mengingatkan saya untuk terus melibatkan mereka. Karena yang PERI BUMI lakukan ini sangat penting untuk masa depan bangsa. Karena kehidupan bangsa ini, sebetulnya sangat bergantung pada para ibu.

Bukan, bukan artinya meletakkan seluruh tanggung jawab di bahu para ibu. Bukan juga membuat para ibu yang harus disalahkan ketika ada hal yang tidak sesuai, bukan gitu!

Tapi justru bagaimana kita semua bisa terus mendukung para ibu untuk bisa thrive, bisa berdaya, bisa percaya diri, dan mau terus belajar. Menciptakan support system untuk bekerjasama agar para ibu bisa optimal membesarkan anak-anak sekaligus memberdayakan lingkungan sekitarnya. Memberikan kesempatan agar para ibu ini bisa menjadi pengambil Keputusan, dan berperan di tengah Masyarakat.

Satu lagi yang paling penting: STOP MOTHER-SHAMING! Janganlah terus-terusan ngatain ibu-ibu ini gak bisa diajarin, gak bisa dibilangin, atau saling gossip menjatuhkan satu sama lain. Udahlah. Kita kan sama-sama hidup di dunia ini, gimana kalau saling sayang dan saling jaga aja?

Ibu: AKAR terdalam dan terkuat untuk setiap kita

Mamaku mungkin bukan ibu yang selalu siap dengan berbagai rupa makanan enak dan selalu ada di rumah, karena dia bekerja. Kalau sempat, dia akan siapin sarapan. Kalau enggak, ya kami aja mikir lah. Dia bukan ibu yang gemar “Menyuapi” anak-anaknya, dan bukan ibu yang sibuk nyiapin semua perlengkapan anaknya. Mama Adalah ibu yang mengajarkan anak-anaknya untuk Tahu, Mau, dan Mampu.

Mama, meski sibuk, tapi kami tau, bahwa kami Adalah prioritasnya. Kami Adalah manusia-manusia yang selalu didahulukan kepentingannya oleh mama, dan tanpa ragu mama akan menyatakan sayang, juga senang telah dipilih menjadi ibu kami. Sekarang aku, dan adikku, bikin sekolah, bikin program Pendidikan, kami melanjutkan semua yang mama ajarkan, dan mama contohkan sejak kami kecil.

Jadi kata siapa, peran ibu itu enggak signifikan?

Para ibu yang sekarang masih kerepotan Ganti popok, menyusui, menyiapkan makanan, khawatir sambil kerja, ini sedang mempersiapkan seorang pemimpin, innovator, dan mereka yang akan mengatasi masalah-masalah dunia, mereka yang akan membangun dunia ini menjadi lebih baik.

Cara kita memperlakukan para ibu, dengan memberdayakan dan memberikan kesempatan, atau menyingkirkan mereka, mendukung atau mempermalukan mereka, akan menentukan masa depan seperti apa kelak yang akan kita bangun.

Setiap ibu berhak tahu bahwa setiap nilai baik, setiap contoh perbuatan berlandaskan kebenaran yang mereka ajarkan itu bermakna besar, bahkan tidak terukur. Setiap ibu berhak mendapatkan edukasi, dukungan, dan respek yang akan menjadi bekal mereka dalam membesarkan anak-anak yang kelak akan mengubah dunia ini.

The question isn’t whether mothers can be changemakers. They already are. The question is whether we’ll finally recognize it, support it, and unleash its full potential.

The future of Indonesia—and the world—may very well depend on our answer.

Selamat hari ibu ya….

Leave a comment

Ava Reed is the passionate and insightful blogger behind our coaching platform. With a deep commitment to personal and professional development, Ava brings a wealth of experience and expertise to our coaching programs.

About the Coach ›

Newsletter

Weekly Thoughts on Personal Development

We know that life's challenges are unique and complex for everyone. Coaching is here to help you find yourself and realize your full potential.

About the Coach ›